Di setiap kenaikan kelas kehidupan, hampir bisa dipastikan setiap manusia akan merasa takut. Entah porsinya besar atau kecil, tergantung manusia itu sendiri dan apa yang sedang dihadapinya. Hal wajar jika menghadapi sesuatu yang baru. Namun, ketika berhasil melewati fase itu, maka semua akan terasa biasa dan menjadi sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu ditakutkan lagi. Begitu berulang-ulang dengan ritme yang sama. Mengambil keputusan - merasa takut - menghadapi ketakutan - menjadi normal - mengambil keputusan baru lagi - merasa takut lagi - menghadapi ketakutan lagi - untuk kemudian menjadi normal kembali. Pola itu yang terjadi pada beberapa tahap kehidupanku.
Saat ini, selain kebahagiaan, sebenarnya aku juga menyimpan ketakutan. Ketakutanku saat ini adalah fase lanjutan dari keputusanku untuk menikah. Setiap orang yang menikah pasti berharap segera diberikan keturunan. Tidak terkecuali aku. Saat ini, aku sering merasakan perasaan ini: perasaan takut tidak bisa memberikan keturunan untuk suami dan keluargaku.
Sebagai seorang wanita yang menikah di usia yang terbilang matang, isu tentang kehamilan resiko tinggi cukup sering mampir di telingaku. Sindiran dari sana sini yang menyuruh segera hamil juga tidak jarang kudengar. Belum lagi fakta bahwa sepupu-sepupuku di sini yang seumuran denganku sudah memiliki anak-anak usia sekolah dasar. Semua itu menjadikan ketakutan yang kualami semakin hari semakin bertambah kadarnya.
Sesuatu yang bisa kulakukan saat ini hanya berusaha dan berdoa. Mulai dari membaca artikel tentang persiapan kehamilan, mengkonsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung asam folat, menjaga kesehatan, sampai menghitung masa subur.
Aku sadar, tidak ada gunanya merasa takut. Maka aku berusaha memeluk ketakutan ini. Masalah anak adalah rejeki dari Tuhan. Manusia tidak punya kuasa, bahkan seujung jari pun, dalam masalah ini. Aku hanya berharap diberikan kemampuan dan kepercayaan dari Tuhan untuk segera menjadi orang tua yang baik.
Aku berharap kali ini aku pun akan segera meninggalkan ketakutan ini dengan usaha dan doa tiada henti. Aku berusaha memeluk ketakutanku agar pantas naik kelas.
Jika melihat kembali hal-hal yang sudah kulalui berdasarkan pilihan-pilihan yang kuambil di masa lalu, maka sudah begitu banyak jenis ketakutan yang kurasakan, kuhadapi, untuk kemudian kutinggalkan dalam kondisi normal, tidak takut lagi. Aku berharap kali ini aku pun akan segera meninggalkan ketakutan ini dengan usaha dan doa tiada henti. Aku berusaha memeluk ketakutanku agar pantas naik kelas. Kali ini dalam kasusku: memiliki keturunan. Aamiin.
Author : Puan Belba
Pict Source : Here
0 komentar: