Ada ungkapan yang mengatakan jatuh itu tidak masalah, yang penting mampu untuk bangkit lagi dan kamu akan bertambah kuat. Jujur saja aku antara setuju dan nggak setuju dengan ungkapan itu. Kalau sisi baikku lagi kuat aku setuju-setuju aja, tapi kalau aku lagi bertaring ya pikiranku nolak ungkapan itu, masalahnya sisi jahatku lebih sering muncul. Dengan jatuh kita bakalan tahu rasanya sakit dan karena itu kita bakal bersyukur dengan kebahagian yang kita rasakan, karakter kita pun bisa terbentuk melalui kejatuhan-kejatuhan itu.
Aku sering mengalami kejatuhan dan kehilangan dalam hidupku, beberapa ada yang parah dan lama untuk sembuh dan bangkitnya. Kehilangan pertamaku terjadi waktu aku kelas 2 SD, aku kehilangan keluargaku yang harmonis dan menyenangkan, ibuku berselingkuh dengan tukang mebel langganan keluarga kami, ada yang bilang si ibuku dipelet soalnya gampang banget jatuh cintanya dan ibuku bukan satu-satunya pacar si tukang mebel itu. Harta kami habis, toko kami bangkrut dan banyak hutang, aku jadi anak cina kere (kalau kata ernest, ahahhaha) tukang mebel itu meminta macam-macam ke ibuku. Ibuku hamil, ayahku memulangkan ibuku ke keluarganya, rumahku nggak pernah sehangat dulu lagi. Aku jadi dekat sekali dengan ayahku, sejak aku bayi aku memang paling dekat dengan ayah. Apa aku sedih karena hal ini? aku masih terlalu kecil waktu mengalaminya, aku hanya merasa kehilangan keluargaku. Kesedihan itu muncul terlalu lambat, sekarang aku baru merasakan sedihnya. Adikku yang lain ayah itu sekarang sudah tumbuh menjadi seseorang yang pintar, baik dan bisa dibanggakan. Aku selalu merasa sangat sedih waktu dia curhat sambil menangis soal beban perasaannya yang merasa nggak pernah dianggap sama keluarga besar ayah dan kenapa dia tampak berbeda.
Kehilangan keduaku terjadi waktu aku kelas 4 SD, ayahku darah tingginya kumat dan meninggal dunia. Duniaku hilang, tempat bersandarku hanya tinggal nenekku seorang. Aku sedih sekali waktu ini terjadi, lebih sedih lagi waktu aku dan nenek pindah dan tinggal di rumah tanteku. Aku akrab dengan semua anak-anaknya, sepupuku baik-baik sekali. Tetapi pamanku sangat tidak menyukaiku, tanteku sering bertengkar dengan suaminya hanya gara-gara aku tinggal bersama mereka. Mungkin bagi pamanku aku hanya beban, aku sering ngumpet ketakutan kalau ada pamanku, aku ga berani makan semeja dengan pamanku... aku berasa seperti ari anggara (ok aku mulai lebay! :D). Dan di rumah ini aku mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah seorang sepupuku, ini membuatku menjadi pribadi yang tertutup... terlepas dari itu semua aku tetap bersyukur, masa kecilku masih bisa dibilang bahagia.
Kejatuhan terparah ketigaku terjadi waktu aku kelas 3 SMA. Aku kehilangan cita-citaku yang aku miliki dari kecil, aku terancam gagal melanjutkan kuliah. Aku jatuh, semangat belajarku terjun bebas, aku marah. Aku teringat masa lalu, coba keluargaku masih utuh dan kaya, pasti aku bisa melanjutkan kuliah ke universitas manapun yang aku mau. Aku memilih untuk jatuh, padahal aku tahu aku masih bisa mengusahakan beasiswa dll, nilaiku cukup baik, aku tidak berpikir sampai situ saat itu. Aku jatuh dan merana berhari-hari. Dari kehilangan ini aku belajar bahwa kita masih punya pilihan di saat-saat buruk kita sekalipun, logika kita harus tetap jalan. Kalau salah pilih maka akan timbul penyesalan.
Mungkin saat kita jatuh kebahagiaan itu tak terlihat sama sekali, tapi percayalah tepat pada waktunya kita akan melihat dan merasakannya.
Author : Banyu
Pict Source : Here
0 komentar: