Suatu siang di hari Minggu, saat yang tepat untuk bermalas-malasan. Begitu juga dengan kedua orang tuaku. Mereka bobok siang denga...

Keluarga = Power?





Suatu siang di hari Minggu, saat yang tepat untuk bermalas-malasan. Begitu juga dengan kedua orang tuaku. Mereka bobok siang dengan nyenyaknya. Entah bagaimana, aku jadi terdiam, termenung menatap mereka lekat-lekat. Aku tidak tahu sejak kapan jadi begitu banyak keriput disana, aku tidak tahu sejak kapan badan mereka jadi membungkuk. Aku lupa kapan prosesnya dari yang Mama menggandeng tangan kecilku jadi gantian kini aku yang menggandeng tangannya. Aku juga tidak menyadari sejak kapan rambut putih mereka jadi sangat banyak. Waktu berlalu begitu cepat, enggan menunggu.
Bagi sebagian besar orang, keluarga terutama orang tua adalah segalanya. Keluarga adalah orang-orang yang akan lebih dulu mendukung kita dan membantu kita jika ada masalah. Syukurlah, aku termasuk yang setuju dengan hal itu. Walaupun sederhana, namun aku beruntung dilahirkan di tengah-tengah keluarga inti yang kuat dan mendidik dengan baik. Tapi bagaimana dengan yang tidak?
Tidak sedikit dari teman-temanku yang berasal dari broken home. Bahkan saudara-saudara dari keluarga besarku yang lain juga banyak yang broken home. Kasusnya juga aneh-aneh. Ada temanku yang bahkan sejak bayi tidak pernah melihat ayahnya, karena ayahnya judi sehingga ibunya meninggalkan ayahnya. Ada yang anak dan ibunya kompak menentang sang ayah dan kabur dari rumah karena mereka lebih membela kucing peliharaan mereka (serius benaran ada). Ada orang tua yang hanya membangga-banggakan anak lelaki daripada anak perempuan, namun pada akhirnya anak lelaki yang terlalu dimanja tumbuh dengan tidak baik, anak perempuanlah yang kemudian hanya bisa diandalkan oleh orangtuanya. Banyak kakek-nenek yang tinggal dipanti jompo atau naik kopaja sendirian sementara anak dan cucu mereka adalah orang-orang mampu dan berada.
Jika sudah begitu ketika aku bertanya pada mereka, apakah keluarga adalah kekuatan mereka? Jawabannya sudah pasti tidak. Keluarga adalah sumber masalah untuk mereka. Rumah bagi mereka adalah kalau bisa tempat paling terakhir yang akan mereka datangi. Mereka kerap kali dihantui pertanyaan kenapa mereka tidak bisa normal seperti keluarga lainnya? Aku yang tidak mengalami hal seperti mereka pun juga menanyakan hal yang sama.
Tidak ada yang tahu jawabannya. Namun, bagiku tidak ada gunanya menyesalinya. Aku percaya segala sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya dan ada pula akibatnya. Untuk anak yang durhaka pada orang tuanya, suatu hari ada balasannya jika mereka kelak juga memiliki anak-anak sendiri. Untuk orang tua yang tidak bertanggung jawab pada anaknya, maafkan saja, mereka sudah terlalu tua untuk dibalaskan dendamnya dan agar menjadi pelajaran juga bagi anak-anak kita nantinya untuk menjadi pemaaf dan bukannya pendendam. Untuk anak yang merasa dipilih kasih, bersabarlah, tetap menjadi yang terbaik hingga pada akhirnya orang tua akan menyadari dirinya lah cahaya sebenarnya di dalam keluarga.
Yang dapat memutus keadaan yang tidak baik dalam keluarga adalah diri kita sendiri. Untuk yang tidak ada mengalami broken home, tentunya harus bisa membangun keluarga yang lebih baik kelak. Yang mengalami broken home, juga harus bisa memutus aliran tidak baik terdahulu dan mulailah membina keluarga dengan baik-baik nantinya.

Author : Vynix Wang
Pict Source :  Here

0 komentar: