Saat
aku menulis cerita ini, waktu menunjukan pukul 20.37. Banyak yang terlupa
tentang apa saja yang telah terjadi. Tapi aku sangat mengingat bahwa
Dia adalah sosok cinta pertamaku. Sosok yang selalu aku sayangi tanpa
perlu aku katakan. Sosok yang memberiku inspirasi sampai akhirnya aku
berada pada titik sekarang.
Ya, dialah orang yang kupanggil dengan
sebutan Bapak. Aku tidak ingat kapan ia mulai menua, kapan
keriput-keriput kecil muncul di wajahnya. Aku tidak ingat dengan jalas
kapan terakhir kali aku mengikuti perjalanannya sambil bertanya hal-hal
yang sebenernya tidak penting. Aku tidak ingat kapan terakhir kalinya
aku menghabiskan hari bersamanya seperti, mandi dikali, mencari buah
ceplukan atau buah asem, memancing ikan, menyiram kebun sayuran kami,
atau hanya berkeliling kota saat sore hari dengan sepeda motor tua.
Aku
masih ingat beberapa hal tentangnya dengan jelas, dia yang selalu
menggendongku saat aku menangis, dia yang selalu berusaha membuatku
senang. Saat itu usiaku aku mulai sekolah ditaman kanak-kanak, aku bercerita
padanya ketika kami akan pergi ke kebun kami, salah seorang temanku
sudah hapal lagu Garuda pancasila, sedangkan aku tidak. Dan akhirnya
sepanjang perjalanan kami menyanyikan lagu Garuda pancasila sampai aku
hafal. Saat aku duduk disekolah dasar, aku berhasil masuk ke peringkat Tiga
besar, lagi-lagi aku bercerita padanya dan meminta hadiah, saat itu aku
minta sepedah, aku ingat sepeda pertama dan terakhirku, yang sekarang
hanya tinggal memorinya saja dalam kepalaku.
Saat aku SMP, ketika aku
menjadi langganan juara kelas. Aku sudah tidak mengharapkan hadiah
lagi, sebenernya yang aku harapkan dari dia hanya ucapan "selamat ya,
terus belajar jadilah anak yang bapak banggakan" hanya itu. Aku tak
pernah dapat ucapan itu tapi aku tahu dibelakangku dia membanggakan
prestasiku dengan menceritakannya pada keluarga besar dan teman-temannya.
Saat aku SMA dia tak pernah lelah saat harus mengangar jemput aku ke
sekolah, atau menemaniku mengerjakan tugas sampai larut malam dirumah
temanku. Ketika bulan ramadhan, saat anak-anak seusiaku pada saat itu
ngabuburit bareng teman lelakinya, setiap hari aku ngabuburit bareng
bapak. Aku tidak malu saat itu justru aku bangga karena aku memiliki
momen-momen khusus dengan bapakku.
Saat aku lulus SMA dan lolos ke peeguruan
tinggi dialah orang yang rela mengurusi keperluanku. Dialah orang yang
tidak pernah memarahiku, dialah orang yang membuatku tidak pernah takut
bermimpi. Ketika kami kehilangan orang yang kami cintai dalama keluarga
kami, saat aku tak dapat menahan tangis, dia memeluku tanpa setetespun
air mata, aku tau dia hanya ingin mrmbuat kita semua tegar walau
sebenarnya hatinya pun tutut merasakan kesedihan.
Sekarang dia sudah tua, betapa waktu cepat sekali berlalu, jika dulu kemana-mana aku diboncenginya, sekarang akulah yang memboncenginya. Jika dulu dia memberikan apa yang aku butuhkan, semoga aku memiliki kesempatan untuk dapat mengabulkan apa yang diharapkannya. Aku mencintainya, tetaplah menjadi inspirasi dan motivasiku sampai aku dapat menggarudakan diriku sendiri seperti apa yang bapak selalu nasihatkan untukku. Terimakasih untuk semua pengorbananmu. Aku mencintaimu..
Author : Taa
Pict Source : Here
0 komentar: