Selama
ini orang-orang memandang keluarga kami sebagai orang yang terpandang. Bisa di
bilang keluarga menengah ke atas, dalam kalangan perkampungan.
Yah,
andai aku jadi mereka pun mungkin aku akan menilai keluarga ku sebagai orang
yang berada.
Rumah
luas, punya sawah, pendidikan yang baik dan yang lainnya. Semua itu memang
benar, tapi mereka tak tahu kisah yang sebenarnya.
Dulu,
ayah ku bekerja sebagai pegawai minyak, penghasilannya lumayan besar cukuplah
sekiranya untuk menyenangkan keluarga kami.
Namun
di penghujung tahun 2009, keluarga kami berubah drastis. Tempat ayah ku bekerja
mengalami kebangkrutan hingga menyebabkan ayah ku menjadi pengangguran. Usaha
toko ibu pun kian hari kian sepi, hanya hutang yang terus datang menghampiri.
Kami
yang biasa hidup enak, kini harus terbiasa untuk berhemat. Saat itu aku memang
masih kecil, tapi cukup bagi ku untuk mengerti kalau keluarga ku tak seperti
dulu lagi.
Aku belajar untuk memulai gaya hidup seperti anak-anak kampung kebanyakan. Tak ada lagi liburan keluar kota setiap akhir pekan atau merengek meminta mainan seperti dulu.
Untungnya
keluarga ku tak sampai menjual rumah ataupun harta benda lainnya. Hanya motor dan
sepetak sawah yang orang tua ku jual untuk biaya menyambung hidup dan biaya
sekolah ku.
Mungkin
itulah sebabnya orang-orang masih memandang keluarga kami seperti dulu. Padahal
jika mereka tahu kehidupan kami sangat jauh berbanding terbalik dengan keadaan
kami yang dulu.
Author : Deeputril
Pict Source : Here
0 komentar: