Waktu.
Satu hal yang tidak bisa diulang,
tetapi banyak orang yang menyiakannya. Seperti aku. Andai ada cara untuk
mengulang waktu, akan kulakukan itu.
Dua hari masih kutunggu balasan darinya.
Setelah kukirim sebuah pesan untuknya melalui sebuah aplikasi pengirim pesan
terbaru. Kuharapkan jawaban darinya. Aku hanya ingin dia menjawab pesanku.
Tetapi waktu telah berubah. Segalanya pun berubah.
Hari ini aku sudah berniat untuk
melihatnya di sekolah. Kucari–cari dia. Tetapi memang kenangan merupakan hal
yang tidak bisa dilupakan. Melihatnya sama saja melihat masa lalu yang aku
sesali. Waktu yang aku sesali dan sikap yang kusesali. Semua telah berubah.
Awalnya aku membiarkan agar waktu menghapus segala kenangan darinya. Kuharapkan
waktu dapat menghapus memoriku tentangnya. Tetapi waktu seperti menyadarkanku
atas sikapku terhadapnya. Sikap egoisku.
Satu
tahun yang lalu,
Aku mempunyai 5 orang teman dekat. Kami
selalu bersama. Kami pun membenci sebuah genk yang sama. Aku dekat dengan 2
orang teman laki–laki ku. Aku menyukai salah satunya, tetapi aku tidak
terlalu dekat dengannya. Aku jauh lebih dekat dengan teman laki-laki yang satunya. Aku sering menanyakan
kabar Aris kepada Zai. Keakraban kami sudah sangat sulit dibayangkan jika
terputus. Aku telah menganggap mereka berdua sebagai sahabatku. Memang itu
kelemahanku, aku sering dengan mudah menganggap orang yang membuatku nyaman
sebagai sahabatku. Tetapi kadang mereka memanfaatkan status ‘sahabat’ itu.
GIRLY sebutan untuk genk yang paling aku
dan teman dekatku benci. Aris dan Zai juga merupakan sahabat dari GIRLY. Saat
itu, Zai ingin sekali jadi sahabatku. Sejujurnya aku telah menganggapnya
sahabat entah dari kapan. Tetapi ia tidak mengetahui. Aku berpura–pura
memberi syarat kepada dia. Aku katakan padanya bahwa dia harus mendapat nilai di
atas batas minimum nilai. Sayangnya dia salah paham. Dia berfikir aku ingin
menjauhkan dia dari GIRLY.
Memang dari kecil aku selalu dituruti.
Sifat keras kepala dan memaksa terbawa sampai ku besar. Karena aku membenci
GIRLY, aku melupakan perasaanku kepada Aris. Aku terfokus untuk menyungkirkan
GIRLY. Aku pun menyuruh Zai untuk memilih GIRLY atau genk aku. Entah karena
apa, sikap Zai terhadapku layaknya orang yang tidak ingin kehilanganku. Setiap
saat ia menghubungiku, menanyakan posisiku, dan menanyakan dengan siapa aku
sedang berada. Jika memang itu sikap seseorang menyukaiku, aku sungguh menyesal
telah menyiakannya. Sayangnya semua telah terlambat.
Setelah aku memintanya untuk memilih, Zai
masih tetap memberikan perhatiannya untukku, serta memberikan rasa nyaman kepadaku.
Pengorbanannya sungguh tidak terbatas. Apapun yang kuminta pasti selalu
dituruti. Betapa beruntungnya aku bisa mendapatkan semua perhatiannya walaupun
aku tifak tahu pertanda apakah itu.
Setelah semua itu berjalan selama 1
tahun, di hari tahun baru untuk tahun kemudia menjadi hari yang tidak bisa
terlupakan. Aku telah melupakan Aris dan aku mulai membuka hati untuk Zai. Tapi
sayangnya Zai sudah lelah dengan sikapku. Sikap yang selalu menjelek–jelekan
GIRLY. Mungkin ia telah memutuskan untuk memilih GIRLY. Saat itu aku baru
menyadari semua yang telah Zai lakukan untukku. Hari–hariku menjadi kosong.
Tidak ada lagi rasa khawatir dari Zai untukku.
Tapi siapa aku ?
Aku tidak bisa menanyakan alasan mengapa ia seperti itu. Aku hanya berharap semua baik–baik saja. Hampir setiap hari kucoba untuk menghubungi Zai. Aku berpura – pura menanyakan pelajaran, menanyakan adiknya, dan hal lainnya yang tidak masuk akal.
Tapi siapa aku ?
Aku tidak bisa menanyakan alasan mengapa ia seperti itu. Aku hanya berharap semua baik–baik saja. Hampir setiap hari kucoba untuk menghubungi Zai. Aku berpura – pura menanyakan pelajaran, menanyakan adiknya, dan hal lainnya yang tidak masuk akal.
Usahaku sia–sia.
Beratus–ratus messages kukirimkan untuknya, tetapi tidak ada satu pun yang
dibalas. Sampai akhirnya kumendapatkan kabar bahwa dia telah ada yang punya.
Aku berharap wanita itu merupakan wanita yang dewasa, yang tidak akan menyia–nyiakan Zai. Tapi sesungguhnya, aku di sini masih mengharapkan sikap Zai yang
dulu. Belum bisa aku melupakan setiap kata–kata perhatiannya. Semua terasa
begitu menyakitkan.
Author : Maroontea
Pict Source : http://powerpictures.crystalgraphics.com/photos/view/cg8p9032895c/woman_in_depressed_mood_sits_on_the_window
0 komentar: