Sulit untuk menyebut apa yang akan kuceritakan ini sebagai kebahagiaan kecil. Karena saat perasaan itu muncul, rasa bahagianya tidaklah kecil. Tetapi aku setuju kalau perasaanku ini lahir dari hal-hal yang sederhana, yang memungkinkan perasaan bahagia itu muncul seketika.
Setahun belakangan menjadi tahun yang cukup berat bagiku. Selain karena harus beradaptasi dengan pekerjaan baru, aku juga diharuskan beradaptasi lagi dengan orang-orang baru. Aku tidak begitu menyukai perubahan atmosfer sosial ini, tapi karena hidup yang terus menuntut dijalani, mau tidak mau aku harus menjalaninya.
Lingkungan pekerjaan baruku didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Di keriuhan lalu lalang mereka setiap hari, aku menemukan anak itu. Gadis itu berpostur sedang dengan tas ranselnya yang kemudian ku hapal. Kadang ia bersama temannya. Kadang ia menemuiku seorang diri dengan penuh percaya diri. Tidak seperti anak lain yang malu-malu ketika menangkap tatapanku, anak itu justru sering membalas tatapanku dengan mata bundarnya yang besar. Ia sering tersenyum menyapa saat aku hendak pulang. Anak itu begitu menarik perhatianku.
Aku tidak yakin untuk memberinya label "teman". Tetapi anak itu dengan pembawaannya yang ceria, mampu mendekatkan dirinya padaku yang begitu dingin dan tertutup. Lalu kedekatan-kedekatan itu terbangun. Makan bersama, mengobrol di senggang waktu kerjaku, berkunjung ke rumahnya, bertemu kedua orangtuanya, dikenalkan pada teman-temannya, kemudian semuanya menjadi akrab begitu saja. Aku terkejut saat mengetahui usianya yang empat tahun di bawahku, tapi sudah duduk di bangku kuliah semester empat. Selanjutnya ia mulai bercerita banyak tentang hidupnya dan kami saling berbagi cerita hingga sekarang.
Setahun berlalu dan kini aku sudah memberinya label "adik bungsu". Ya, ia sudah seperti adikku sendiri. Tanpa kesadaran penuh yang ku sengaja, perlakuan seorang kakak terhadap adiknya ku hadirkan di antara kami. Aku ingin selalu dimampukan untuk membantunya, menjaganya, melindunginya, mendengarkan keluh kesahnya selayak seorang kakak yang bersabar terhadap adiknya. Ia sangat 'absurd' dalam beberapa hal, kadang ia tampak sangat menyebalkan dan aneh di mata siapapun yang melihatnya. Tetapi jauh di atas kekurangannya yang maha banyak, aku menerimanya.
Hari ini terpikirkan olehku sesuatu. Apakah aku sedang bahagia? Mengapa aku bahagia? Ia hanya orang baru di hidupku. Ia bukan siapa-siapa kecuali seseorang yang jahil padaku. Seseorang yang saat ini cuma datang padaku sesekali.
Kita perlu melakukan hal-hal baru, hal-hal sederhana yang mengundang bahagia. Bertemu orang lain, saling menyapa hangat dan memberi perhatian bisa membantu kita bahagia secara sederhana.
Lalu aku menyadarinya. Hal-hal baru, suasana baru, mungkin kita memang butuh itu untuk meredam kebosanan akut pada hari-hari. Kita perlu melakukan hal-hal baru, hal-hal sederhana yang mengundang bahagia. Bertemu orang lain, saling menyapa hangat dan memberi perhatian bisa membantu kita bahagia secara sederhana. Kemudian kita tahu, penyebab kebahagiaannya lah yang sederhana, sementara efek kebahagiaannya tidak pernah sekecil yang kita kira.
Author : Anka
Pict Source : Here
0 komentar: