Aku merasa sulit hidup di era digital yang segala informasi bisa didapatkan dengan mudah. Semakin mudah info, semakin aku sulit hidup. B...

Tidak Siap atau Belum Terlalu Siap?



Aku merasa sulit hidup di era digital yang segala informasi bisa didapatkan dengan mudah. Semakin mudah info, semakin aku sulit hidup. Bisa dibilang aku ini idealis. Aku tidak terlalu suka ikut-ikutan sementara banyak teman-temanku yang jadi tukang ikut-ikutan.

Facebook yang awalnya adalah alat untuk menjalin komunikasi antarteman kini sudah berubah fungsi. Alih-alih menjalin komunikasi, segala berita dan tautan yang dibagikan terkadang ada saja yang sengaja untuk menjatuhkan teman. Aku yakin hal ini tidak terjadi padaku saja. Banyak pasti yang mengalaminya.

Fakta-fakta bahwa orang masa kini jauh lebih "pandai" daripada orang di masa lalu adalah dengan postingan-postingan yang berisi kepercayaan diri bahwa dia yang paling benar sehingga menuduh, memojokkan bahkan tidak tanggung-tanggung sampai memfitnah orang lain.

Baru saja terjadi padaku: status Fb-ku diparafrase lalu diposting di status Fb teman agar terlihat seakan aku bicara padanya, padahal tidak. Statusku berisi rasa syukurku karena suamiku tidak jadi ikut suatu program (yang diikuti temanku itu). Lalu dalam status dia, statusku dibumbuinya agar terasa aku sedang memojokkannya yang ikut program tersebut.

Itu belum seberapa sih. Yang komen di status temanku lebih luar biasa lagi. Dua orang menjatuhkan vonis hidupku tidak bahagia dan aku adalah orang tidak punya otak. Padahal mereka tidak tahu siapa aku karena temanku yang memparafrase kalimatku hanya menaruh "Mrs. Y" sebagai nama samaranku.

Sakit hati aku membaca komen-komen yang judging itu. Mereka itu teman-teman suamiku, yang menyandang kemuliaan sebagai Guru yang mau mengajar di daerah 3T Indonesia, yang rela jauh dari rumah, yang rela berjauhan dari anak istri demi mencerdaskan bangsa. Yang aku sayangkan adalah kenapa niat mereka mencerdaskan bangsa tidak dibarengi dengan niat mencerdaskan diri sendiri?

Judging adalah hal yang sangat sentimental terutama jika kita tidak tahu siapa orang yang kita judge. Selayaknya hal seperti itu lebih baik tidak dilakukan.

Membagikan sesuatu tanpa tanggung jawab pun sama berbahayanya.

Mengkonsumsi hal-hal yang tidak jelas keabsahannya, tidak tercantum sumbernya, berisi muatan fitnah akan sangat rentan untuk diri sendiri.


Inilah ketakutan terbesarku, ketika tiba di suatu masa manusia belum siap menerima dirinya apa adanya, belum siap membuka matanya untuk melihat, belum siap membuka telinganya untuk mendengar dan belum memiliki prinsip dasar yang bercokol di hati paling dalam yang tak mudah digerus arus fitnah dan kemudahan informasi. Aku takut manusia-manusia bodoh merasa sudah pandai. Manusia-manusia pandai mulai lelah lalu berhenti mengajari. Sementara tangan-tangan yang tak terlihat dapat dengan leluasa mencengkeram tali-tali kendali agar boneka-bonekanya berperang hingga tetesan darah yang terakhir.

Bolehlah aku dikatakan lebay, tapi lihat saja di sekelilingmu berapa banyak manusia yang suka bicara di media sosial namun tak juga punya karya yang bisa dipertanggungjawabkan? Berapa banyak manusia yang lebih suka menekan tombol BAGIKAN hanya setelah membaca judul artikel daripada mereka yang benar-benar membaca artikel, memparafrase lalu membagi hasil tulisannya sendiri?

Ketakutanku ini kuatasi dengan ajakan membaca, ajakan menulis, ajakan membagikan hal yang positif yang mana tidak semua orang mengulurkan tangannya untuk involve. Ada lebih banyak orang yang iya iya saja biar aku cepat selesai ngomongnya.

Apapun ketakutan kita, kitalah sendiri yang tahu bagaimana menghadapinya.

Inilah ketakutan terbesarku, ketika tiba di suatu masa manusia belum siap menerima dirinya apa adanya, belum siap membuka matanya untuk melihat, belum siap membuka telinganya untuk mendengar...

Semoga manusia di masa depan siap menghadapi percepatan tekhnologi, siap menerima percepatan kesadaran diri, siap menunjukkan aktualisasi diri tanpa menginjak saudara, teman, kerabat atau orang lain.



Author : Aicha
Pict Source : Here

0 komentar: