Sebelumnya kopi bukan minuman favoritku. Anak kecil mana yang baru dilahirkan langsung minta segelas kopi hitam. Susu coklat, soft drink, jus jeruk dan teh manis yang pernah menjadi minuman favoritku. Kalau pun aku coba-coba minum kopi, dulu hanya sesendok dari gelas ibuku. Berawal dari sesendok kemudian coba-coba segelas dan hanya sekedar selingan karena lambungku masih terlalu sensitif untuk rutinitas minum kopi Sampai akhirnya aku menjadi makhluk nocturnal karena tuntutan pekerjaan dan freelance menulis konten di suatu web-magazine. Kerja seharian dari pagi hingga sore, menyiapkan makan malam sendiri di kosan, menghibur diri dengan menonton anime, lalu tengah malam baru melek menulis konten. Hanya kopi yang setia menemaniku dan aromanya mengisi penuh udara di kamar kosan. Aku mulai jatuh hati pada aroma kopi.
Aku jadi memiliki budget membeli kopi setiap bulan. Menyeduh kopi seperti menciptakan kebahagian kecil yang akan selalu aku lakukan. Sekalipun keadaan di kantor sedang tidak baik seolah mendidihkan isi kepalaku, tapi ketika aroma kopi menggelitik hidung, aku bisa melupakan kekesalanku. Bahkan saat aku terlalu lelah menulis konten, tapi apa daya tidak bisa melepaskan pekerjaan freelance itu, maka kopi membangkitkan semangatku.
Pada awalnya aku meracik kopi asal-asalan. Memenuhi gelas dengan air kopi dan menegaknya langsung seperti salah satu cara untuk mengamankan lambungku dari rasa perih. Akan tetapi rasanya memang hambar dan aromanya semakin aneh. Kepindahanku ke Kepualauan Bangka yang kemudian membuatku mengerti cara meracik kopi. Seorang teman mengajariku cara menakarnya dan menikmati kopi tanpa terburu-buru. Lalu ketika aku mendapatkan kopi khas Bangka berlabel King Kong barulah aku semakin mencintai kopi. Biji kopi dari Lampung itu diolah dengan sangat baik seperti ada rasa coklat yang lembut di lidah. Aku suka kopi yang teksturnya lembut, bukan yang pahit seperti rasa rokok kretek kakek-kakek.
Kopi membuatku jatuh cinta dan bahagia dengan cara-cara sederhana. Aku pun mulai ketagihan pada kopi hitam dan bereksperimen sendiri dengan campuran susu dan gula. Tidak sampai di situ, aku bahkan tidak masalah meminum kopi tanpa susu. Kopi hitam dan gula sudah cukup nikmat dan aromanya seperti candu yang menenangkan. Lambungku pun perlahan bisa berkompromi. Aku bisa bahagia seutuhnya ketika segelas kopi duduk manis di atas meja kerjaku. Aku bisa merasakan kedamaian ketika aroma kopi berlama-lama menggantung di udara. Aku tidak lagi mengisi gelas dengan air penuh. Aku menegaknya sedikit demi sedikit sambil merasakan bahagia-bahagia kecil yang sederhana.
Aku bisa bahagia seutuhnya ketika segelas kopi duduk manis di atas meja kerjaku. Aku bisa merasakan kedamaian ketika aroma kopi berlama-lama menggantung di udara.
Author : Wishoshi
Pict Source : Here
0 komentar: