Cerita singkat tentang perjalananku untuk dapat melanjutkan studi, walaupun harus banyak menelan kekecewaan, tapi akhirnya usahaku berbuah manis. Perjalananku untuk menggapai cita-cita tidak hanya berhenti disini saja. Masih banyak yang harus aku pelajari dan aku harus menghadapi rintangan demi rintangan.
Aku hanyalah anak biasa dari keluarga sederhana. Aku bersekolah di sebuah sekolah menengah atas favorit di daerahku, Kota Ngabang, Kalimantan Barat. Kehidupanku mungkin lebih sedikit beruntung dibandingkan orang-orang yang berada di luar sana. Aku masih bisa menikmati bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Ayahku bekerja sebagai pedagang es parut dan ibuku bekerja sebagai pedagang jamu. Ayahku memiliki watak yang sedikit keras. Bagi sebagian orang, wajahnya kelihatan beringas tapi dia memiliki sifat yang baik, penyayang serta hidup selalu bersyukur. Sedangkan ibuku beliau wanita yang baik dan mencintai keluarganya.
Aku sangat mencintai keluargaku dan banyak hal yang aku pelajari dari itu semua. Seusai sholat subuh, tidak lupa aku membantu ayahku untuk menyiapkan dagangannya. Yakni memarut es yang telah dicampur dengan semua bahan untuk menjadi sebuah adonan es krim. Meskipun terlihat melelahkan dan berat untuk dikerjakan, aku berusaha untuk bisa menjadi sosok seorang anak laki-laki yang kuat dalam keluargaku. Walaupun kenyataannya aku adalah seorang anak perempuan. Aku harus berhati-hati memarut es, jika aku melakukan kesalahan dan sedikit melamun bisa saja tanganku luka karena tajamnya pisau yang dipakai untuk memarut, terlebih dinginnya sebongkah es yang akan diparut. Setelah semuanya selesai, ayahku akan menjualnya di beberapa kampung yang ada di Ngabang dengan mengendarai sepeda motor. Sungguh melelahkan dan penuh perjuangan untuk mengumpulkan lembaran rupiah. Tetapi bagaimanapun keadaannya dan berapa pun uang yang dihasilkan, Ayah selalu bersyukur atas rezeki yang Allah berikan kepada keluarga kami.
Ayah selalu mengajarkanku bersyukur, menghargai setiap waktu dan menghargai setiap kesempatan. Setiap pagi ibuku, selalu mengantarku ke sekolah. Aku selalu bersemangat pada hari itu, hari dimana di jadwal tercantum mata pelajaran yang aku gemari yakni ekonomi, akuntansi dan sejarah. Entah mengapa aku menyukai ketiga bidang studi itu. Padahal menurut teman-temanku, pelajaran itu terlalu membosankan, sulit dan guru yang mengajar killer. Tetapi berbeda denganku. Aku selalu setia mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung bahkan tidak ku izinkan untuk tidak masuk kecuali jika benar-benar aku sedang sakit. Setelah pulang sekolah, kegiatanku hanya belajar, membaca buku serta menonton film animasi kesukaanku.
Sehingga setiap semester dari kelas 1 sampai kelas 3 sekolah menengah atas, aku selalu dapat meraih juara lima besar di kelas. Aku merasa senang dan bersyukur. Sesuatu yang dikerjakan sungguh-sungguh pasti akan memperoleh hasilnya.
Tidak terasa aku telah memasuki semester pertama kelas 3. Ini adalah moment yang ditunggu oleh setiap teman-temanku untuk dapat mempersiapkan perguruan tinggi mana yang akan mereka jadikan sebagai tempat untuk melanjutkan studi mereka dalam menggapai mimpi. Aku hanya terdiam ketika sahabatku bertanya padaku, perguruan tinggi mana yang akan ku pilih. Tetapi aku bingung dan bahkan tidak memiliki jawaban yang memuaskan. Pada akhirnya aku sampaikan niatku untuk kuliah kepada orangtuaku. Tetapi ayahku melarangku untuk melanjutkan studi alasannya karena keadaan ekonomi keluarga kami yang hanya cukup untuk membiayai hidup sehari-hari. Sehingga pada suatu hari, salah satu teman sekolahku menawarkan untuk mengikuti sebuah tes yakni SNMPTN BIDIKMISI, yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru untuk siswa yang berprestasi untuk dapat melanjutkan studinya yang diseleggarakan oleh pihak sekolahku. Akhirnya aku terima tawarannya dan aku memilih 2 perguruan tinggi yakni Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Tanjung Pura (Untan) dengan jurusan yang sama yakni Ekonomi Manajemen. Setelah selesai mendaftarkan diri melalui situs website via online. Aku hanya tinggal menunggu hasil.
Waktu yang ku tunggu akhirnya tiba, aku lolos di Untan dan aku hanya harus melengkapi data-data administrasi yang diperlukan. Aku bahagia bahkan sangat bersyukur, untuk kedua kalinya aku meminta izin kepada ayahku, tapi aku masih memperoleh jawaban yang sama dan beliau mengatakan bahwa sarjana ekonomi tidak akan menjadikan seseorang sukses, yang ada hanya menjadi pengangguran. Setelah selesai mengikuti ujian nasional, aku memutuskan untuk bekerja di salah satu supermarket di daerahku. Sambil menunggu hasil kelulusan, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semua cita-citaku harus terkubur. Awalnya aku bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan akhirnya aku mendapatkan amplop kelulusan tapi tidak masuk juara umum. Aku memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Maka aku meminta izin kepada manajer tempatku bekerja. Akhirnya dia memberikan izin dengan syarat aku harus profesional dalam bekerja.
Meskipun pada awalnya terasa sulit, antara membagi waktu bekerja dengan kuliah, tapi aku mulai terbiasa untuk melakukannya. Aku harus mengambil kesempatan ini dan menyia-nyiakan kesempatan sebelumnya. Ini sudah menjadi konsekuensi yang harus aku terima. Aku buktikan semua perkataan ayahku dengan cara aku kuliah di STIKIP Pamane Talino mengambil jurusan Bahasa Inggris sambil bekerja. Dari waktu ke waktu masa-masa sulit yang aku jalani berganti dengan masa-masa yang indah. Akhirnya orangtuaku mulai sadar dengan apa yang aku katakan selama ini. Mereka mulai merangkulku serta mendukungku untuk bisa menggapai cita-cita. Aku harus memanfaatkan kesempatan yang ada. Aku harus belajar Bahasa Inggris lebih giat dan belajar dari nol lagi, karena aku sadar bahwa ini bukan merupakan bidang studi yang aku gemari
Sehingga setiap semester dari kelas 1 sampai kelas 3 sekolah menengah atas, aku selalu dapat meraih juara lima besar di kelas. Aku merasa senang dan bersyukur. Sesuatu yang dikerjakan sungguh-sungguh pasti akan memperoleh hasilnya.
Tidak terasa aku telah memasuki semester pertama kelas 3. Ini adalah moment yang ditunggu oleh setiap teman-temanku untuk dapat mempersiapkan perguruan tinggi mana yang akan mereka jadikan sebagai tempat untuk melanjutkan studi mereka dalam menggapai mimpi. Aku hanya terdiam ketika sahabatku bertanya padaku, perguruan tinggi mana yang akan ku pilih. Tetapi aku bingung dan bahkan tidak memiliki jawaban yang memuaskan. Pada akhirnya aku sampaikan niatku untuk kuliah kepada orangtuaku. Tetapi ayahku melarangku untuk melanjutkan studi alasannya karena keadaan ekonomi keluarga kami yang hanya cukup untuk membiayai hidup sehari-hari. Sehingga pada suatu hari, salah satu teman sekolahku menawarkan untuk mengikuti sebuah tes yakni SNMPTN BIDIKMISI, yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru untuk siswa yang berprestasi untuk dapat melanjutkan studinya yang diseleggarakan oleh pihak sekolahku. Akhirnya aku terima tawarannya dan aku memilih 2 perguruan tinggi yakni Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Tanjung Pura (Untan) dengan jurusan yang sama yakni Ekonomi Manajemen. Setelah selesai mendaftarkan diri melalui situs website via online. Aku hanya tinggal menunggu hasil.
Waktu yang ku tunggu akhirnya tiba, aku lolos di Untan dan aku hanya harus melengkapi data-data administrasi yang diperlukan. Aku bahagia bahkan sangat bersyukur, untuk kedua kalinya aku meminta izin kepada ayahku, tapi aku masih memperoleh jawaban yang sama dan beliau mengatakan bahwa sarjana ekonomi tidak akan menjadikan seseorang sukses, yang ada hanya menjadi pengangguran. Setelah selesai mengikuti ujian nasional, aku memutuskan untuk bekerja di salah satu supermarket di daerahku. Sambil menunggu hasil kelulusan, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semua cita-citaku harus terkubur. Awalnya aku bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan akhirnya aku mendapatkan amplop kelulusan tapi tidak masuk juara umum. Aku memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Maka aku meminta izin kepada manajer tempatku bekerja. Akhirnya dia memberikan izin dengan syarat aku harus profesional dalam bekerja.
Meskipun pada awalnya terasa sulit, antara membagi waktu bekerja dengan kuliah, tapi aku mulai terbiasa untuk melakukannya. Aku harus mengambil kesempatan ini dan menyia-nyiakan kesempatan sebelumnya. Ini sudah menjadi konsekuensi yang harus aku terima. Aku buktikan semua perkataan ayahku dengan cara aku kuliah di STIKIP Pamane Talino mengambil jurusan Bahasa Inggris sambil bekerja. Dari waktu ke waktu masa-masa sulit yang aku jalani berganti dengan masa-masa yang indah. Akhirnya orangtuaku mulai sadar dengan apa yang aku katakan selama ini. Mereka mulai merangkulku serta mendukungku untuk bisa menggapai cita-cita. Aku harus memanfaatkan kesempatan yang ada. Aku harus belajar Bahasa Inggris lebih giat dan belajar dari nol lagi, karena aku sadar bahwa ini bukan merupakan bidang studi yang aku gemari
Selama aku masih bisa, selama aku masih mampu, selama itu juga aku akan tetap belajar karena itu semua demi cita-citaku.
Terimakasih Tuhan. Engkau selalu menjadi sahabatku. Engkau selalu setia menemani hamba-Mu yang rapuh ketika sedih dan bahagia.
Pendidikan itu bukanlah untuk orang kaya saja. Pendidikan itu bukanlah sebuah mangkok yang diukur berdasarkan isinya. Pendidikan itu ialah sesuatu yang berharga bagi orang yang benar-benar berusaha.
Author : K
Pict Source : Here
0 komentar: