Awal tahun 2005 yang dingin, hujan masih mengguyur hampir setiap hari. Aku masih SMA kelas 2 dan dia kelas 3 di SMA yang lain. Kala itu ...

Yang Terlewatkan



Awal tahun 2005 yang dingin, hujan masih mengguyur hampir setiap hari. Aku masih SMA kelas 2 dan dia kelas 3 di SMA yang lain. Kala itu ada perkemahan Pramuka sekabupaten di bumi perkemahan dekat rumahnya. Aku tidak menjadi peserta namun aku datang ke buper untuk menjenguk teman-teman sekolahku yang menjadi peserta perkemahan bergengsi itu.

Perasaanku berbeda, ada yang menggetarkan hatiku tidak seperti biasanya. Ada yang mendebarkan jantungku lebih cepat dari yang seharusnya. Ternyata ada dia. Aku melihatnya sekelebat saja. Hanya tiga atau empat detik namun tak pernah bisa kumelupakannya.

Dia memakai jaket yang biasa ia pakai, berwarna gelap dengan strip merah di lengan. Tidak ada hoodie, resletingnya tinggi sampai menutup leher. Tubuh jangkung kurusnya nampak bersinar diterpa cahaya matahari yang tidak terlalu menyengat. Hanya tiga atau empat detik namun tak pernah bisa kumelupakannya.

Aku melanjutkan berbincang dan bergurau dengan teman-temanku. Tiba saatnya aku pulang karena hari sudah hampir maghrib. Kupikir ia sudah pulang jadi aku tidak banyak berharap untuk melihatnya lagi. Berjalan bersama temanku ke parkiran motor sambil bercanda, aku tak menyadari ia ada di sana. Berdiri bersama beberapa temannya juga. Aku melihatnya, ia melihatku. Canggung, kami saling melempar senyum. Mungkin ia sudah lupa. Akan tetapi aku merindukannya. Beberapa detik yang tak pernah bisa kumelupakannya.

Kami menjadi teman baik, dekat dan semakin dekat. Terkadang jadi jauh dan semakin jauh. Ia hadir di sana, saat aku dan teman-teman tertawa bersama. Tanpa rasa kaku, ia berbaur dengan temanku. Ia hadir di sana, saat temannya berpacaran dengan temanku. Namun kami tetap di garis yang sama.

Suatu pagi di hari Minggu, ia menelponku seperti orang sekarat, memintaku datang ke rumah yang ia kontrak bersama teman-temannya. Dengan rasa khawatir yang mendera, aku datang. Ia menaruh kepalanya di pangkuanku. Minta dielus rambutnya. Aku masih ingat itu. Sulit juga untuk melupakannya.

Banyak kenangan kami yang sulit kulupakan. Saat kami menghabiskan waktu berdua di kosnya, memandang bintang di langit di atas rumah kosnya yang tinggi. Saat ia mencium rambutku dari belakang. Saat ia menggerutu saat aku datang dengan high heels dan berlipstik. Saat ia mengajakku ke rumah sepupunya. Saat ia kupeluk dalam perjalanan di atas motor yang ngebut. Saat kami menikmati gerimis berdua di sebuah gubuk di pinggir jalan raya.

Terlalu manis untuk dibuang namun terlalu pahit untuk dikenang. Aku tak yakin ia masih ingat semua detail itu, namun hal-hal kecil itu sulit sekali kumelupakannya.

Tak ayal aku merindukannya, gurauannya yang renyah, kekhawatirannya saat aku sakit dan pertanyaan-pertanyaan kami kenapa waktu itu kami tak pernah menjadi kekasih.

Sekarang sudah tak ada lagi dia, aku sudah bahagia dengan yang kupunya, semoga dia juga bahagia dengan yang dia punya.



Author : Raz
Pict Source : Here

0 komentar: