Enam tahun sudah berlalu semenjak hari itu, aku sudah tidak mengingat dengan baik tentang apa saja yang terjadi saat itu, hanya saja masih ada beberapa kejadian yang aku ingat dengan jelas. Sangat jelas sekali dalam ingatanku.
Sebenarnya sekarang aku sudah tak apa, aku sudah lebih menerima kenyataannya bahwa aku tak akan bisa lagi bertemu dengannya, ya kecuali dalam mimpi kupikir. Apa aku rindu? Sudah tak perlu ditanyakan lagi, rindu itu sendiri sudah mengabadi di relung hati ini.
……………………..
Dia. Dialah manusia yang aku sayang, sangat aku sayang. Dulu aku berpikir aku tak bisa jauh darinya, aku pernah menangis karena dia berada jauh dariku, saat itu usiaku 10 tahunan, dia kebetulan telah lulus SMA, dan pergi merantau. Aku tak dapat ikut dengannya karena saat itu aku masih sekolah. Aku menangis hampir setiap hari, membuat banyak orang kelimpungan yang akhirnya mengharuskan dia kembali lagi ke kampung.
Dia marah dan bertanya, “Kenapa sih kamu ngikutin aku terus?”
Saat itu aku bahagia karena dia akhirnya dekat lagi denganku. Aku menjawab dengan tenang sambil tersenyum, “Pokoknya aku nggak mau pisah, kemana pun kamu pergi, aku akan ikut. Sampai kamu punya suami pun aku bakal ikut!”
Saat itu aku bahagia karena dia akhirnya dekat lagi denganku. Aku menjawab dengan tenang sambil tersenyum, “Pokoknya aku nggak mau pisah, kemana pun kamu pergi, aku akan ikut. Sampai kamu punya suami pun aku bakal ikut!”
“Kalau aku mati?”
“Kamu nggak boleh mati!”
…………………………….
Kejadian lainnya, saat itu usiaku 7 tahun kurang lebih. Sore hari ketika nenekku sibuk mengomel menyuruh salah satu dari kita untuk mandi, aku lagi bercanda dengannya. Tiba-tiba dia mengajakku untuk bermain akting-aktingan, saat itu dia bilang kalau dia akan berpura-pura mati. Entah kenapa, saat dia memejamkan mata ulu hatiku terasa sakit. Aku menangis. Menangis dengan hebat. Nenek datang sampai tergopoh-gopoh menanyakan apa yang terjadi, aku menghambur ke pelukan nenek, dengan masih menangis aku bilang bahwa dia tidak bisa diam dan mengganggu ku terus. Nenek memarahinya, padahal kenyataannya dia tidak mengganggu ku, aku hanya takut melihatnya mati.
Dulu aku tidak pernah berpikiran bahwa aku akan berjauhan dengannya, tapi kenyataannya sekarang dia sangat teramat jauh. Jauh sekali dariku...………………………
Aku merindukannya, merindukan segala kegiatan dan keseharianku saat bersamanya. Menonton televisi, curhat, membersihkan rumah, tidur dan kegiatan lainnya. Dulu, sebelum tidur kami selalu bercerita, entah dongeng atau hanya mengobrol. Dulu perjanjiannya kita bergantian mendongeng, tapi kenyataannya dia yang selalu mendongeng, sebab ketika giliranku aku selalu beralasan tak punya ide. Aku merindukan saat-saat menceritakan kembali buku-buku yang telah kita baca. Oh iya sebab dialah aku suka membaca, dia juga pandai membuat cerita. Aku suka membaca ceritanya, tapi ceritanya tak pernah selesai, semuanya berhenti di tengah-tengah dengan tulisan besar di bawahnya: I CAN'T WRITE!
……………….
Awal tahun 2010 adalah tahun terberat bagiku, tak pernah terbayangkan dalam benakku bahwa awal tahun itu waktuku dengannya sudah habis. Aku ingat kejadian itu, hari Rabu, 6 Januari 2010. Hari itu kami memutuskan pulang, kami telah menginap berbulan-bulan di Rumah Sakit. Dia sakit, dokter bilang terkena lupus. Aku berdoa memohon Tuhan untuk menyembuhkannya, aku memintanya setiap saat. Namun Tuhan tak mau mendengarkan permintaanku, ya hari itu setelah kami tiba di rumah. Kami memutuskan membawanya pulang, karena kata dokter sudah tak ada harapan lagi. Dia pun menginginkan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku pergi tidur di kamar belakang, sebab lelah semalaman aku tidak bisa tidur, saat itu usiaku sekitaran 13 tahun.
Pukul sebelas siang, aku ingat dengan jelas saat baru saja aku terlelap. Aku baru akan terlelap, tapi tiba-tiba ada tangan yang membangunkan ku. Ibuku. Dia menangis sambil berkata, “Kakakmu… kakakmu…. “ Aku langsung bangun, keluar untuk menemui dia, aku tak tahu apa yang terjadi. Banyak yang menangis. Aku masih bingung dengan yang terjadi, aku melihatnya seperti kesakitan. Bapak di sampingnya entah membisikkan apa. Tidak lama kemudian Bapak mengusap mukanya, mengecup keningnya, dan menalikan kain di kepalanya. Aku hanya melihatnya tak mampu bicara apapun. Aku diam terpaku melihatnya. Dunia terasa hening. Waktu rasanya berhenti berdetak, setelah aku mendengar Bapak berteriak untuk ada yang memegangiku.
Aku mengeluarkan air mata. Sakit di ulu hati terasa sangat hebat, entah tangan siapa yang memegangiku dan membawaku ke kamar. Aku tak bicara apapun hanya diam dan menangis. Tak lama Bapak datang menghampiriku, memeluk tubuhku. Aku menangis dengan hebat sambil terus memanggil namanya. Nama orang yang aku sayang. Bapak terus memelukku dan menenangkanku.
Dua bulan sebelum tanggal kejadian itu, dia sudah lebih baikan. Dia sudah ceria kembali. Suatu hari dia mengajak ku untuk keluar, katanya dia ingin menemui seseorang. Awalnya aku tak mau, aku tak mau karena dia baru saja sehat, tapi dia terus memaksa dan katanya tak akan lama. Dia meminta ijin pada Bapak. Bapak mengijinkan dengan syarat tidak boleh lama-lama. Aku pun pergi keluar dengannya, aku menemaninya, dan keesokannya... keesokan harinya dia kembali sakit. Kembali lemah. Dan sampai hari terakhirnya dia tidak kembali lebih baik.
……………………………….
Sekarang aku sudah lebih menerima kenyataan ini. Dia. Dia adalah salah satu manusia tercinta yang hadir dalam hidupku. Aku tahu dia akan lebih bahagia disana, sekalipun aku masih sering merindukan sosoknya yang sudah tak bisa aku lihat lagi (kecuali dalam mimpi), tapi dia tetap hidup dan ada dalam hatiku.
Teruntuk manusia tercinta yang sudah bahagia disana, maaf! Maafkan aku karena masih menyesalkan semuanya. Maaf karena aku masih merasa sebab akulah hal ini bisa terjadi. Maaf karena aku sering berharap kamu masih ada. Aku harap aku masih jadi a little sister-mu yang paling kau cinta. Hehe.
Berbahagialah disana! Kami semua merindukanmu.
Teruntuk manusia yang lahir pada tanggal 1 Agustus 1989, aku menyayangimu. Terimakasih sudah menemani hidupku selama 13 tahun. Terimakasih sudah mengenalkan ku pada dunia membaca. Miss you!
Dua bulan sebelum tanggal kejadian itu, dia sudah lebih baikan. Dia sudah ceria kembali. Suatu hari dia mengajak ku untuk keluar, katanya dia ingin menemui seseorang. Awalnya aku tak mau, aku tak mau karena dia baru saja sehat, tapi dia terus memaksa dan katanya tak akan lama. Dia meminta ijin pada Bapak. Bapak mengijinkan dengan syarat tidak boleh lama-lama. Aku pun pergi keluar dengannya, aku menemaninya, dan keesokannya... keesokan harinya dia kembali sakit. Kembali lemah. Dan sampai hari terakhirnya dia tidak kembali lebih baik.
……………………………….
Sekarang aku sudah lebih menerima kenyataan ini. Dia. Dia adalah salah satu manusia tercinta yang hadir dalam hidupku. Aku tahu dia akan lebih bahagia disana, sekalipun aku masih sering merindukan sosoknya yang sudah tak bisa aku lihat lagi (kecuali dalam mimpi), tapi dia tetap hidup dan ada dalam hatiku.
Teruntuk manusia tercinta yang sudah bahagia disana, maaf! Maafkan aku karena masih menyesalkan semuanya. Maaf karena aku masih merasa sebab akulah hal ini bisa terjadi. Maaf karena aku sering berharap kamu masih ada. Aku harap aku masih jadi a little sister-mu yang paling kau cinta. Hehe.
Berbahagialah disana! Kami semua merindukanmu.
Teruntuk manusia yang lahir pada tanggal 1 Agustus 1989, aku menyayangimu. Terimakasih sudah menemani hidupku selama 13 tahun. Terimakasih sudah mengenalkan ku pada dunia membaca. Miss you!
Author : Taa
Pict Source : Here
0 komentar: