Berawal dari layar smartphone kita saling menemukan. Sebelumnya aku sudah sering membaca namamu, baik nama asli ataupun nama penamu. Saat itu aku menganggapmu seperti panutan, kalau kata anak sekarang sih: idolaqueeeeee lengkap dengan emot love love. Aku sudah sering melihat tulisanmu wara-wiri sebagai most popular di salah satu aplikasi berwarna biru muda, ataupun di OA pada aplikasi hijau segar itu. Saat itu aku hanya sebatas penikmat karyamu, mengikuti setiap postingan-postinganmu, ikut mbrebes mili saat kau tuliskan kisah kepergian kekasih yang sangat kau cintai itu, namun paragrafmu juga sedikit banyak ‘memaksaku’ untuk tertawa terbahak-bahak menertawakan kekonyolanmu sendiri.
Lalu pada suatu waktu, tanpa gerimis tanpa kilat sapaanmu tiba-tiba mengagetkanku seperti petir di siang bolong. Saat itu sedang ada writing project dengan menyertakan hastag-hastag tertentu dan katanya kau menemukanku lewat itu. Kau menganggap tulisanku menarik, ah terimakasih aku sangat senang karena itu. Disaat aku sendiri merasa tidak percaya diri pada tulisanku kamu muncul memberiku pujian dan apresiasi. Weeeeeeeeeewww seperti mendapat suntikan oksitosin aku menjadi rajin menulis, dan akan sangat lega jika akhirnya ada komentarmu yang mengatakan: bagus.
Berawal dari situ kita saling menyapa, awalnya kita hanya membicarakan soal sajak: sesuatu yang sangat kau kuasai. Kau bercerita mengenai diksi, EBI, juktaposisi, call back dan banyak hal lain yang tidak aku mengerti. Aku menyimak dengan takzim, seperti seorang murid yang mengagumi gurunya. Lalu aku mulai mengkonsultasikan sajak-sajak mentahku kepadamu. Beberapa oke, sebagian lagi perlu pengendapan—katamu. Sebenarnya aku termasuk orang yang tidak begitu pandai membawa diri, namun pembawaanmu yang santai dan easy going membuatku merasa tidak perlu merasa canggung bahkan kurasa aku bisa merasa nyaman dan apa adanya.
Kita bisa membicarakan apa saja, tidak melulu soal sajak- sajak dan ataupun kisah patah hati. Kau berkisah mengenai kisah hidupmu...
Hari berganti dan sepertinya kita mulai dekat dan menjadi teman baik. Belum pernah bertemu, tapi kita selalu on chatting dan dalam sehari bisa lebih dari sembilan kali kau menelponku. Kita bisa membicarakan apa saja, tidak melulu soal sajak-sajak dan ataupun kisah patah hati. Kau berkisah mengenai kisah hidupmu, terkadang kamu juga mengalah membiarkanku mengoceh semau lidahku dan dengan sabar kamu mendengarkan, menanggapi, menambahi, sehingga percakapan kita seolah tak ada habisnya.
Hingga suatu hari kita bertemu, tidak ada awkward moment karena sebelumnya kita sudah banyak chit-chat perantara layar smartphone. Setelah itu semua masih baik-baik saja, kemudian kita berjumpa untuk kedua kalinya. Baik-baik saja juga (menurut versiku). Namun aku merasa semakin lama intensitas komunikasinya semakin berkurang. Tidak pernah lagi kudengar dering telepon dengan namanya terpampang di layar ponsel pintarku. Akan tetapi aku tidak berusaha untuk mencari tahu, aku juga tidak pernah bertanya kenapa. Aku hanya berpikir: mungkin dia lelah hahaaa (ketawa getir).
Dan sudah, akhirnya kita tidak pernah berkomunikasi lagi. Walaupun masih sering kubaca aksaramu yang masih saja wira-wiri di berbagai aplikasi, dan aku masih menyempatkan diri untuk meninggalkan notes ‘suka’ seperti yang aku lakukan dahulu kala. Aku masih tidak mengerti bagaimana bisa engkau tiba-tiba menjauh begitu saja? Aku salah apa? Jika memang benar aku memiliki alpa, bicara lah. Tidak apa-apa, aku tidak akan marah karena memang tidak memiliki hak untuk itu. Atau kah diam-diam ada salah paham diantara kita? Sesuatu yang kau simpulkan sendiri tanpa adanya pertanyaan dan jawaban?
Jika memang benar ada salah paham maka paham sebelah mana yang salah? Kita hanya teman bukan? Aku tidak pernah melibatkan perasaan, begitu juga dirimu. Lalu jika benar seperti itu, kenapa kita begitu angkuh untuk sekadar menyapa lebih dulu? Ah, terserah kau saja lah. Aku tidak merasa memiliki salah! Jika boleh aku jujur, sebenarnya aku sedikit rindu, sedikit merindukan renyah dan gurihnya percakapan kita.
Author: Auroraa
Pict Source: Here
0 komentar: