Masa bodoh dengan rindu. Kupikir aku tak perlu menulis apapun tentang hal ini sebab aku yakin semua orang sudah paham betul. Bahkan bany...

Sarjana Rindu



Masa bodoh dengan rindu. Kupikir aku tak perlu menulis apapun tentang hal ini sebab aku yakin semua orang sudah paham betul. Bahkan banyak orang berlomba-lomba mendefinisikan rindu, berbicara banyak, bercerita ini-itu seolah mereka yang paling mengerti. Memangnya mereka siapa? Sarjana rindu? Begitukah? Hhhhmmm

Jika memang benar sarjana kerinduan itu ada, kenapa aku tidak pernah mendapatkan pelajaran ini selama aku 12 tahun duduk di bangku sekolah? Ditambah 3 tahun saat kuliah juga tidak kutemui mata kuliah yang satu ini. Jadi pantaslah kiranya jika aku masih awam dan dungu soal rindu ini. Lalu, adakah yang berniat untuk menjelaskan padaku, membimbingku untuk memahami satu kata yang sudah ada sejak homo sapiens melukis di dinding gua?

Namun sepertinya aku harus belajar sendiri karena nyatanya tidak ada seorangpun yang mengangkat tangan mengajukan diri untuk mengajariku. Baiklah, aplikasi KBBI di smartphone-ku membantuku untuk berkenalan dengannya. Katanya Rindu ini adalah sangat ingin bertemu dan berharap benar terhadap sesuatu (1) memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu (2). Namun temanku Tesaurus berkata lain, menurutnya rindu adalah kata sifat dari cinta, cita, duka, suka cita, gelebah, gelisah, gulana. Lalu bolehkah aku mengartikan bahwa rindu adalah sebuah perasan manifestasi dari cinta kasih yang mendorong si empunya untuk selalu bertemu dan bersama. Bersama siapa? Ya bersama yang dirindukan lah. Siapa yang dirindukan? Entahlah, masing-masing insan akan punya jawaban versinya masing-masing. Versiku? Kalian bertanya siapa yang kurindukan? Hah, sialan! Bukan belagu mau main rahasia-rahasiaan, tapi memang aku tidak tahu harus menjawab apa. Tidak ada yang kau rindukan? Tidak ada! Keren kan aku.

Jika orang lain akan berkata bahwa mereka sangat merindukan kekasihnya, lalu aku yang jomblo ini harus merindukan siapa? Kekasih orang? Bisa-bisa digampar pake wedges aku, nanti. Kalau begitu ceritanya kau bukan keren bung, tapi miris kurasa. Terserah apa katamu saja lah. Toh rindu tak melulu soal kekasih hati kan? Jika ada yang memaksaku untuk merindu (tapi kan nggak ada yaa, tapi anggap saja kalian memaksa hehee~) maka satu hal yang aku rindukan adalah: masa kecilku.

Walaupun begitu aku tetap bahagia, memiliki teman-teman sepermainan yang sangat menyenangkan, dengan permainan yang tidak kalah menyenangkan, aku dan mereka membungkus masa kecil dengan sangat manis.
Masa dimana aku menjadi seorang gadis kecil kesayangan orang tuaku. Lincah, periang, dan penurut. Pede banget! Eh biarin, kalau nggak percaya tanya saja ke keluargaku, huuuu. Pada saat itu belum jamannya gadget seperti sekarang ini, aku dan teman-temanku selalu bermain secara NYATA. Ke lapangan atau ke halaman tetangga yang luas, kami bermain lompat tali, petak umpet, rumah-rumahan, kejar-kejaran, main kartu, dan mainan-mainan lain yang kalau aku tuliskan semua bisa sampai berlembar-lembar haha. Masa kecilku memang tidak mengenal Angry Bird, tidak tau apa itu Clan of Clash, tidak paham bagaimana caranya menonton video Youtube dari sebuah layar kecil bernama smartphone, karena kami hanya biasa menonton Tom and Jerry di layar televisi. Namun jika diingat-ingat lagi pada masa itu tidak pernah sekalipun aku merasa kesepian. Memang, saat itu sebagai anak kecil aku tidak bisa memiliki semua mainan yang aku inginkan karena orang tuaku sangatlah ketat (bukan karena pelit, tapi mereka bijaksana dengan menjelaskan alasan kenapa tidak menuruti kemauanku). Walaupun begitu aku tetap bahagia, memiliki teman- teman sepermainan yang sangat menyenangkan, dengan permainan yang tidak kalah menyenangkan, aku dan mereka membungkus masa kecil dengan sangat manis. Ah, ingin sekali aku merasakan lagi bagaimana serunya mencari keong di sawah orang, mengambil ketela di kebun tetangga, atau sekedar bermain boneka Barbie yang lucu.

Tapi detik telah mengubur segala masa di liang paling alas, tak pernah terjamah kirana yang emas. Eh kenapa mendadak jadi puitis gini hehee. Intinya sih semua sudah berlalu, bagaimanapun tidak akan pernah bisa aku rasakan lagi. Yang bisa aku lakukan hanyalah sebatas mengingat, dan mengenang sambil menahan diri untuk tidak menabur bunga diatas pusara sendiri.



Author : Auroraa
Pict Source : Here

0 komentar: