Tak pernah terpikirkan atau bahkan membayangkan bahwa aku akan merasakan sebuah perasaan rindu. Sama halnya dengan perasaan cemburu. Rindu...

Merindukan Sang Wanita



Tak pernah terpikirkan atau bahkan membayangkan bahwa aku akan merasakan sebuah perasaan rindu. Sama halnya dengan perasaan cemburu. Rindu merupakan perasaan yang sulit untuk aku rasakan. Rindu yang aku rasakan pun seringkali hanya sekelebat mata saja. Hanya bertahan beberapa menit lalu hilang. Lalu apakah aku tidak punya rasa rindu yang bertahan lama? Aku punya. Bahkan kadang aku merasakannya kembali. Aku tidak tahu, rindu macam apa yang aku rasakan itu.

Tahun 2008 adalah pertemuan pertama kami. Aku dan W (inisial nama sang wanita) satu SMP denganku saat itu, tapi beda kelas. Hanya saja kelas kita bersebelahan. Pertama bertemu dan melihat dia, yang aku rasakan biasa saja. Seperti melihat pohon di pinggir jalan (yaiyalah... masa di tengah jalan). Dia selalu bersama temannya, sekaligus sahabatnya, Si F. Aku selalu melihat mereka berdua. Si F ini adalah seorang wanita yang awalnya tidak berhijab (sekarang sih iya). Tidak ada rasa dan biasa saja, itu yang terlintas di perasaanku.

Tahun 2008 pertengahan menuju akhir. Saat itu aku sudah kelas 9 SMP. Masih di SMP yang sama. Aku dan dia sekarang berjauhan kelasnya. Aku 9-5, dia 9-1. Kalau berdasarkan denah sekolah, dia di ujung depan, sedangkan kelas aku paling belakang. Dan cerita kita pun dimulai dari sini... genjrenggenjrenggenjreng..... (maksudnya itu suara gitar hahaha).

Saat itu, sedang demam Facebook (FB) dan Friendster pun masih berupa socmed (sekarang web game). Aku adalah orang kedua di SMP itu yang punya Facebook (gahol kale aku ini!). Tidak lama kemudian yang lain pada buat akun FB, termasuk W. Aku hampir tiap hari search add orang. Dan mulai add teman satu SMP, termasuk dia. Aku masih ingat, setelah aku add dan dia confirm. Dia menulis di wall aku, “Terima kasih sudah add ya”. Aku langsung jawab, “Sama-sama” ke wall dia. Dari mulai basa-basi itu lah kita wall to wall di FB.

Wall to wall yang aku dan W lakukan mirip dengan chatting di WhatsApp atau Line. Kita bicarain apa pun. Bahkan kita banyak kemiripan. Bukan hanya sifat, hal kita sukai pun banyak yang sama. Mulai dari situ aku mulai merasakan suka sama dia (tapi tak pernah aku tembak sampai hari ini... cemen ya!?). Aku saat itu tak pernah pakai foto asli di FB. Selalu pakai foto kartun, tokoh game, bahkan super hero. Jadi dia tidak tahu wajahku seperti apa. Namun bagi dia itu bukan sebuah masalah besar.

Saat Idul Adha (lupa antara tahun 2008 akhir atau atau awal 2009). Aku berlibur ke Bandung. Menginap di rumah saudara. Aku wall dia dan bilang kalau aku mau ke Bandung. Seperti biasa kalau orang lagi pergi ke luar kota atau luar negeri pasti dimintai oleh-oleh. Aku tau kalau itu cuma basa-basi. Aku belikan oleh-oleh khas Bandung (aku lupa beli apa) karena kebetulan saudara aku mau belikan oleh-oleh buat temannya, aku minta belikan juga buat W ke orang tua aku. Tapi mereka (orang tua dan saudara aku) tidak tahu buat siapa oleh-oleh itu.

Nah!!! Saat liburan selesai. Aku mau memberikan oleh-oleh itu, tapi malu lah... Awalnya aku titip sama sahabat aku yang ada di kelas 9-1 buat ngasih oleh-oleh itu ke W. Dia malah menolak karena malas dan aku disuruh ngasih sendiri. Jadilah aku nungguin di depan kelas dia saat pulang sekolah. Kebetulan juga kelas aku keluar duluan. Dag dig dug suara jantung (padahal bunyinya cuma deg....deg....deg.. doang). Siswa lain keluar, aku ketemu teman dan nanya W yang mana, dia bilang masih di dalam kelas. Dan............ akhirnya W keluar kelas dengan sahabatnya F. Aku kasihkan lah oleh-oleh itu sambil bilang, “W ya? Ini oleh-oleh dari Bandung yang aku janjiin.” Dia balas, “Wah... (nyebut nama aku) ya, makasih loh. Aku kan cuma iseng kemarin. Hahaha... makasih ya.” Kemudian aku kabur. Dia melanjutkan perjalanan menuju gerbang sekolah.

Setelah itu aku masih wall to wall sama W. Kita hanya berhenti pas UN dan US. Setelah itu, SMP aku mengadakan gladiresik untuk acara kelulusan. Acara kelulusan aku di Gedung Wanita Patra Pertamina di Kebayoran. Aku bertemu dengan W, tapi dia seperti tak peduli denganku. Aku berharap bisa bertegur sapa. Yasudah, aku main sama teman satu geng sampai acara gladiresik selesai. Tapi tenang saudara-saudara. Setelah acara resmi, aku masih wall to wall sama dia. Bahkan aku ngucapin selamat sebagai juara kelas di kelas 9-1. Setelah itu kita tak ada wall to wall lagi di FB selama seminggu (kurang lebih), tiba-tiba dia ngajak aku wall to wall lagi, tapi karena aku balesnya lama, dia batalin. Itulah wall to wall terakhir aku dengan W.

Aku sampai hari ini masih berteman dengan dia di FB. Kemudian di Path juga, tapi dia seperti kenal tak kenal. Tidak ada lagi wall to wall atau mention atau apapun di socmed. Dia sibuk sepertinya. Pernah ada satu tulisan wall dia ke aku yang isinya, “Gitu dong... Jadi temen itu dukung aku hahaha.” Iya. Dia anggap aku hanya sebatas teman (prenjon sodara-sodara...). Tulisan wall itu merupakan salah satu tulisan wall dia waktu kita masih sering wall to wall dulu. Kabar terakhir, dia wisuda dari Fakultas Gizi UI. Dia jarang main socmed lagi. Mungkin Instagram dia aktif, sayangnya aku tak punya. Gak tertarik buat hahaha.

Tamat... hahahaha. Lalu rindunya dimana? Sek. Sabar toh.

Kalian tahu. Saat aku menulis ini. Entah mengapa aku merasakan kerinduan yang cukup dalam sama W. Aku rindu masa-masa itu. Dulu aku kira itu adalah sebatas 'cinta monyet', tapi sepertinya bukan. Aku sempat merasakannya lagi saat SMA dan bahkan saat kuliah. Asal kalian tahu. Aku pernah berpikir bahwa dia adalah “The One” yang aku cari selama ini. Aku sudah berharap aku akan menikah dengan W. Iya. Aku kalau pacaran tujuannya untuk menikah, bukan buat main-main.

Rindu ini aku rasakan sampai aku ingin mengatakan ke W, “Hai.. Apa kabar? Kamu masih jomblo? Ayo nikah sama aku.” Gila? Iya. Hahahaha. W itu bukan wanita yang sempurna. Dia pintar dan putih. Sudah begitu saja. Sisanya, tinggi? Gak. Cantik? Gak. Langsing? Gak juga. Aku bukan tipe pria yang mendewakan fisik wanita. Karena itu cuma omong kosong.... eh salah, bentuk kosong.

Haaahhhh... aku mengehela nafas. W. Dimana kamu? Aku rindu. Aku rela kembali ke masa jahiliah (iya, masa SMP aku huancur banget) demi bisa berkomunikasi dengan kamu. Meskipun socmed kita berteman. Aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata. Mungkin rindu ini spesial (atau aku terlalu cemen untuk mengungkapkan).

...merasakan sebuah kerinduan itu begitu berat. Serius. Rindu itu berat. Semakin jauh atau semakin abstrak sosok yang dirindukan, maka rindu akan semakin berat.

Oke... aku mulai lebay. Disaat menulis ini, rasa rindu ini menjadi membesar. Entah apa yang aku pikirkan. Aku tahu kenapa aku jarang merasakan rindu, bahkan hanya sementara. Salah satu jawabannya karena merasakan sebuah kerinduan itu begitu berat. Serius. Rindu itu berat. Semakin jauh atau semakin abstrak sosok yang dirindukan, maka rindu akan semakin berat. Jadi berbahagialah kalian bila sosok itu dekat dan jelas, bahkan kalian bisa menyentuhnya. Tak perlu merasakan sebuah kerinduan.



Author : Altaїr
Pict Source : Here

0 komentar: