"Alhamdulillah telah lahir dengan selamat putra kami yang pertama Aidan Nurrahman, Bekasi, 15 Juni 2012. Jadilah baik ya, nak....

Anakku itu...



"Alhamdulillah telah lahir dengan selamat putra kami yang pertama Aidan Nurrahman, Bekasi, 15 Juni 2012. Jadilah baik ya, nak."

Seharusnya mudah saja ya untuk berucap syukur menulis segelintir kalimat tersebut. Namun kenyataannya tidak begitu dengan kondisi jari-jemariku ini, mendadak gemetaran tak karuan, keringat dingin menyeruak, dadaku mendadak sesak, mataku nanar dan senyumku yang terkenal irit akhirnya pecah berantakan sejadi-jadinya. Dan jangan tanya kondisi istri saya ya, dia sudah berada di dunia lain, sepertinya sedang bertamu sebentar di kahyangan, bahagianya bukan kepalang. Senyumannya, wajahnya, tawanya, matanya, ahhhhhh cantik sekali istriku saat itu.

Waktu berlalu sangat cepat setelah itu. Saya putuskan tidak akan ceritakan masa-masa saat kami berdua mengasuh dan membesarkan titipan-Nya ini, pastinya terlalu seru, asyik, keren, amazing, ajib bin ajaib lah pokoknya. Karena setiap orang tua berbeda pola asuh dan cara didiknya. “Semua orangtua mengasuh dengan cara yang ter-BAIK." Tidak ada yang kami keluhkan, hanya terus terkagum-kagum dan bersyukur setiap saat melihat proses tumbuh kembangnya, “Jadilah baik ya, nak."

Saya doakan semoga yang membaca lekas menikah dan semoga cepat dikaruniai momongan dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membimbing kita dalam setiap langkah (Amin).

Tadi itu cerita kebahagian kami. Lain lagi dengan cerita versi media online sekeliling kami. Mereka seakan selalu menempatkan kami di lubang neraka pojok kiri atas, posisinya membelakangi arah kiblat pula.

Mulai mempertanyakan, berbisik-bisik, tak jarang gaduh dan mulai mengganggu. Apa salah dia? Batinku lirih saja. Seolah pandangan mereka buta sebelah, hanya karena perbedaan sikap tak wajar anak ini terhadap dunia luar.

Hampir tiap hari keluhan dengan nada nyinyir dari tetangga, saudara atau teman-teman sepermainannya yang selalu kami balas dengan diam dan senyum pucat pasi seadanya saja. Hampir tiap malam menjelang tidur pula aku berbisik ke istriku, “Maafkan mereka, mereka tak tahu apa-apa. Tuhan sudah memberi kita hadiah yang paling istimewa.”

Ya benar, tahu au apa mereka soal anak saya, putra kami ini, titipan terindah-Nya. Terlalu pagi mereka memberi rapor merah terhadap segala tingkah anak saya tanpa tanya apa sebabnya, latar belakangnya, mengapa seperti itu, kok bisa begitu, sebabnya apa, dan sebagainya. Indera pendengar mereka juga terlihat lebih tebal dari manusia pada umumnya, sepertinya lebih mirip konstruksi baja ringan. Seolah suara-suara kami mengaung begitu saja bila kami mencoba menjelaskan sebab-musababnya. Pokoknya salah, udah dahh salah....

Satu contoh saja di suatu sore, di sebelah rumah yang sedang ramai para pekerja yang sedang membangun garasi mobil dan kamar tidur tambahan. Kala itu, seperti biasa anak saya dengan nada riangnya menyapa sekumpulan anak. “Hai teman-teman, main yuuk!!!” sambil melambaikan tangannya ke atas. Anak-anak tersebut hanya membisu dan acuh tetap melanjutkan bermain tanpa menjawab atau menunjukan sikap mengajak, dengan sikap semanis itu??? What the ****.

Tapi dasar anak kami ini ngeyel atau memang ikhlas menyapa saja. Dia tetap nyelonong mendekati mereka dengan senyum yang masih dia pertahankan pada kedua pipi dan gigi-gigi gupisnya. Mendadak setelah hanya berjarak beberapa senti dia bergumul dengan teman-temannya. Ada seorang anak, sebut saja Bunga (nama samaran, suara juga disamarkan mirip Alvin and the Chipmunks). Bunga kemudian dengan gugup mengajak semua yang ada disitu untuk pindah ke tempat lain. “Eh pindah yuh ada anak Aidan (baca eidan/gila)”.

Saya terhenyak sesaat dan kembali tersenyum saat anak saya menjelaskan bahwa “edan/gila” itu panggilan keren untuk orang-orang yang hebat dalam suatu hal, contohnya permainan gitarnya edyaaann keren banget, edyaann dia adalah pelari tercepat yang pernah aku lihat, begitulah pendapat anak saya kira-kira. Lalu kemudian dia lanjutkan lagi ceritanya sambil sesekali memainkan action figure Spiderman kesukaannya.

"Terus bagaimana teman-teman kamu tadi, nak?" Dengan polos dan lugunya dia menjawab, “Ya ikut pindah ke dekat tukang-tukang yang sedang 'ngaso' itu, Pak." Anak saya kemudian melanjutkan ceritanya. Anak saya tetap ngeyel mendekati mereka seakan tak menggubris sikap teman-temannya tersebut. Akan tetapi kali ini niatnya lain, bukan untuk bermain, dan untuk bersenang-senang dengan 'teman-teman'nya itu.

“Awaassss teman-teman...!! Awass!” teriaknya sambil setengah berlari. Setelah dekat sontak ia meludahi puntung rokok dengan bara api yang masih menyala itu. Sebelumnya dia menarik tangan anak tersebut. Kemudian puntung tersebut di-injak-injaknya. Lalu... duarrrrrrr, tangispun pecah dari anak yang ia tolong. Entah kaget karena tangannya setengah ditarik paksa anak saya atau apa.

Memang Tuhan Maha Adil, bersamaan dengan itu, sang empunya anak itu yang secara kebetulan sedang mengawasi dari depan pintu garasinya. Sontak berteriak, “Eh dasar anak ed**n, beraninya kamu ngeludahin anak saya, berani-beraninya kamu nendang-nendang kakinya lagi! Dasar Anak ********. Anaknya aja gini, gimana orang tuanya?? Dasar Anak ********."

Istri saya yang waktu itu sedang merapihkan kamar tamu, langsung keluar dan menyambangi putranya dan dengan sigap menutup telinga, memeluknya lembut seraya berbisik, “Aidan anak baik kan yaa? Mamah sayang Aidan.” 

Ya kira-kira begitulah S.O.P istri saya ketika dalam menangani masalah raungan serigala ehhh raungan tetangga atau lebih tepatnya 'makian tetangga'. 

Setelah si anak yang menangis dan ibunya pergi (masih sambil pidato dan orasi). Anak saya meminta, “Mamah lepasin tangannya, Aidan mau ngambil itu!” sambil menunjuk ke arah puntung rokok tersebut, ia menampik tangan ibunya dan kemudiaan seolah tak menggubris semua yang terjadi saat itu, apalagi orasi ibu-ibu yang memakinya. Ia ambil puntung tersebut dan dibuangnya ke tempat sampah. “Tadi ini masih nyala mah, tegasnya. Nanti sakit kalo kena kaki Fafa, Dia gak pake sendal.” Lalu melenggang masuk ke rumah kami dan menanyakan action figure Spiderman kesayangannya.

Masih banyak lagi, buuanyaak lagi tindakan 'nyeleneh' anak saya, seperti sengaja menabrakan sepedanya ke temannya karena dia melihat ada kodok/katak didepan sepeda temannya (takut kodoknya keinjak dan mati). Walhasil mereka berdua jatuh dan temannya menangis sejadi-jadinya. Sudah bisa ditebak sikap orang tua si anak tadi. Ya, perlakuan yang sama pun diterima anak kami oleh orang tua mereka. Yaa... yaa... yaa... pidato-pidato dan orasi-orasi cetar membahana badai olalalala.

Mereka tidak tahu kalau anak saya akan setia menemani ibunya di dalam rumah saat saya sedang ada trip ke luar kota atau pamit tak bisa pulang karena harus menemani tamu hotel. "Jagain mamah ya, nak." "Siaappp Pak!!! Aidan nggak bakal main kemana-mana," sembari hormat ala-ala pejuang empat lima.

Mereka tidak tahu kalau anak saya rajin memijit kaki ibunya hampir tiap malam.. Ya, tiap malam.

Mereka tidak tahu. Ya, tidak tahu pada musim sepatu roda anak saya memilih tidak memilikinya, bukan karena kami belum mampu membelikannya atau karena Aidan kami paksa mengalah. Namun karena tangisannya, agar kami membelikan sepatu roda ke Tiara saudara jauhnya di kampung saya. Menurut ceritanya, Tiara pada saat itu menangis, ketika temannya tak bersedia meminjamkan sepatu roda walau sebentar. “Entar rusak,” kata temannya. Dan waktu saya akan membelikan dua pasang sepatu roda anak saya menolak. “Satu saja pak, Aidan nggak usah. Aidan nggak suka. Lagian Tiara kan kakinya cuma dua.” Wkwkwkwkwkwwkww, iya juga sih ya..

“Maafkan mereka istriku, mereka tak tahu apa-apa, benar-benar tak tahu apa-apa. Tuhan sudah memberi kita hadiah yang paling istimewa.”

Segala Puji Syukur untuk Tuhan Semesta Alam.

Selamat Ulang Tahun Perkawinan Kita yang ke 6 tahun Istriku, 11 Februari 2011.
Selamat datang ke dunia ini Hanindya Rasya-ku, “Kuat, anggun, baik hati ya, Nak.”

Dari Abbie, Bapak & Ayah kalian.

*Mamah manggilnya Abbie, Mas Aidan manggilnya Bapak, Dek Rasya kata pertama yang diucapkan manggil Ayah sama Ndreeeennn a.k.a naik motor. Sekian dan mari kita Ndrrreeeennnn....


Author : Yudha Adi Pradana
Pict Source : Here

0 komentar: