Siapapun tidak pernah berpikir akan lahir menjadi siapa, dengan kedua orang tua yang seperti apa, dengan masa depan secerah apa, dengan cerita sedih yang sepedih apa, ataupun kebahagiaan yang meletup-letup penuh warna di sepanjang hidupnya.
Yang kita tahu hanya menjalaninya, senantiasa mendoakan kebaikan kita sepanjang perjalanan hidup itu sendiri,dan kita akan betul-betul memahami hidup. Siap dalam kondisi apapun ketika kita beranjak dewasa, umur bertambah, dan akhirnya paham bahwa hidup tidak sesederhana saat kita masih kecil yang dan dengan mudah meraih kebahagiaan itu sendiri.
Hari ini tanggal 19 Januari 2017, saya akhirnya memutuskan untuk membagi cerita saya, tidak peduli apakah saat ini saya sudah punya akhirnya atau belum. Saya adalah seorang auditor yang punya ritme kerja yang tidak pernah normal, sehingga kadang berpikir bahwa saya sedang tersakiti pun saya tidak mampu, tapi dibalik segala ketidaknormalan hidup yang saya jalani, saya bersyukur karena takdir telah menjadikan saya kuat. Ya, saya menjadi wanita yang tabah dan berusaha menjalani hidup dengan baik.
Status saya saat ini masih saja single, mungkin saya pikir Tuhan maunya begitu, kalau saya ditanya ya pasti saya ingin punya pasangan hidup dan meninggalkan pekerjaan saya yang sudah memberikan saya pundi kehidupan ini.
Sampai saat ini saya rasa banyak hal yang naik turun harus saya hadapi, untuk urusan hati saya bukan orang yang beruntung, bahkan sampai detik ini saya adalah perempuan yang sudah officially di tinggal menikah dua kali, dimana sebagai perempuan itu akan meninggalkan cita rasa tersendiri dibagian hidupnya, tapi saya rasa itu adalah TAKDIR, siapa pula yang mau berada di posisi ini? Kecuali TAKDIR yang membawakan saya pada situasi ini.
Saya hanya perempuan biasa, yang saya paham saya tidak lah cantik dan terkenal, dan saya selalu menyeimbangkan diri saya kepada siapa saya berhubungan. Saat pertama saya ditinggal nikah oleh orang yang telah membawa saya masuk ke kehidupannya dan keluarganya, pastilah rasanya amat sakit. Setelah perjuangan selama dua tahun, perbedaan budaya dan harus mampu membiasakan diri untuk masuk ke keluarga orang lain bukanlah hal mudah, tapi bagi saya itu adalah tantangan. Saya telah menjadi bagian dari keluarganya. Walaupun karena jarak dan tempat saya tidak juga punya kesempatan berkunjung ke kotanya di pulau jawa, pada saat itu, tapi saya selalu menjelma menjadi wanitanya dan juga anak perempuan dari ibunya.
Tahun 2012 adalah awal yang menurut saya indah karena saya pernah berjuang didalamnya. Akan tetapi takdir berkata lain karena di dalam perjalanan yang tidak mudah itu, disaat saya harus membantu dan memperbaiki hatinya yang gagal move on dengan perempuan sebelum saya, saya mendapat cerita yang berakhir indah. Namun itu justru tidak berlangsung lama karena dia di kota perantauannya bertemu dengan seseorang yang tidak bisa lagi dielakan, bahwa itulah perempuan yang akhirnya dia pilih menjadi istrinya. Percakapan terakhir kami ditelepon pada saat itu, saya hanya bilang silahkan bawa wanita itu ke ibumu, kalau dia memang jodohmu silakan. Pada saat itu dia masih menyanggah bahwa jika ibunya tidak berkenan dia akan mengejar saya ke pulau sumatera. Janji itu tidak pernah terbayar dan dia secara official menunjukkan bahwa dia akan menikah dengan perempuan itu. Dia membangun image seakan-akan perempuan yang akan bersanding dengannya adalah perempuan yang paling tepat untuknya dan juga perempuan yang paling peduli dan sayang dengan ibunya.
Itu adalah hal paling sedih yang pernah saya alami, saya hanya menerimanya dan saya tahu bahwa semua usaha saya akhirnya harus berakhir di awal tahun 2014. Saya ikhlaskan pernikahan itu, dengan sebuah pesan dari Whatsapp messenger yang menjadi pengganti undangannya. Saat itu ibunya masih sempat mengajak saya untuk datang, tapi hubungan saya dengan ibunya mulai membeku pada saat itu. Keputusan anaknya yang telah mengubah semua haluan.
Namun saat saya sedang dalam keadaan hubungan yang hampir kandas itu, di tahun 2013 akhir, saya dekat dengan seorang pria yang notabene adalah teman saya sendiri. Kami punya pengalaman yang sama dan mengawali semuanya dengan sebuah acara makan siang. Awalnya bicara pekerjaan dan selanjutnya kita dekat, walau tidak pernah berucap apapun, kita menjalani hubungan itu dengan baik dan saya bahagia. Pria Manis ini mampu membuat saya tidak begitu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa saya sebentar lagi akan ditinggal menikah oleh lelaki di seberang pulau.
Namun saat saya sedang dalam keadaan hubungan yang hampir kandas itu, di tahun 2013 akhir, saya dekat dengan seorang pria yang notabene adalah teman saya sendiri. Kami punya pengalaman yang sama dan mengawali semuanya dengan sebuah acara makan siang. Awalnya bicara pekerjaan dan selanjutnya kita dekat, walau tidak pernah berucap apapun, kita menjalani hubungan itu dengan baik dan saya bahagia. Pria Manis ini mampu membuat saya tidak begitu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa saya sebentar lagi akan ditinggal menikah oleh lelaki di seberang pulau.
2014 adalah masa-masa yang bahagia sampai saya terlena. Saya punya tantangan berat yang tidak akan pernah bisa saya taklukan sebenarnya. Pada akhirnya keadaan tidak mampu terelekan lagi, saya ingat saat itu saya dan Si Pria Manis itu adalah orang yang paling jujur. Waktu itu dia mengutarakan siapa dirinya dibawah rintikan hujan kami menangis berdua, saya menghapus air matanya dan memeluknya, dan itu berasa di drama film Korea. Saya kira mungkin ini adalah moment saya dan dia akan menjadi orang yang lebih baik lagi dan sama-sama berjuang untuk kedepannya. Pada awalnya kami pun begitu, hingga saya memutuskan resign karena saya akan segera pindah dinas ke Aceh dan Si Pria Manis akan pindah ke Jakarta, dan usulan ini terjadi dikarenakan Si Manis meminta saya tetap stay dikota ini. Biarlah dia yang pindah karena dia berjanji akan selalu datang ke kota ini untuk saya, tetapi janji itu tidak pernah terbayar penuh.
2015-2016, bukan lah saat yang mudah bagi saya, saya berusaha selalu menjadi ada buat dia, saya menerima segala kekurangannya,tapi satu hal yang saya ingat bahwa tidak semua pria manis itu adalah baik. Ternyata semua cerita manis itu berbalik dan saya bukanlah orang yang diperlakukannya manis, tapi ini mungkin hanya sekedar kamuflase karena di masa ini banyak sekali hal yang tidak enak dan dia memutar balikannya kepada saya. Pada pertengahan 2015, saya memutuskan untuk tidak berbicara dan memutus akses apapun itu. Tahun 2016 masih tetap ada cerita Si Pria Manis dan banyak rasa sakit yang mungkin tidak bisa saya deskripsikan, tetapi didalam perjalanan ini saya tahu bahwa dia tetap mencari tahu tentang saya. Dalam diam pun, saya diam-diam tetap merindu dan berdoa, dan harus saya akui saya mencintainya. Betapa pun dia tidak sempurna, tapi saya yakinkan diri saya bahwa hidayah Tuhan akan selalu datang dan saya akan bisa hidup bersamanya.
Selain masa penantian dan diam-diam merindu di tahun 2016, Tuhan juga memberi saya waktu yang tepat untuk akhirnya bertemu dengan kepingan masa lalu saya di pulau seberang. Tepat di bulan Mei, saya akhirnya bertemu dengan calon ibu mertua saya yang tidak akan pernah menjadi bagian dari saya sampai kapanpun. Saat itu saya kikuk, karena saya tahu bahwa anaknya telah menikah dan menggantikan posisi saya. Hal yang saya lakukan pertama kali ketika saya sampai di rumahnya, saya menangis diam-diam karena melihat foto pernikahan lelaki yang pernah membangun harapan saya. Pada saat itu memang cukup drama dan saya pun akhirnya mendapat telepon mantan saya, dia menanyakan bagaimana dengan keluarganya, dan saat itu saya hanya katakan, “Mas, walaupun keadaan dan takdir tidak menghendaki kita, tapi saya sudah memenuhi janji saya untuk bertemu ibu kamu.” Saat itu saya menangis, dia mendengar dan diam. Pada akhirnya saya balik ke kota saya, saya terus menangis di dalam pesawat, karena saya terharu bahwa Tuhan masih memberikan saya jalan untuk bertemu masa lalu saya. Tuhan masih menyuruh saya berlaku bijaksana dan tetap memutuskan untuk tinggal di masa lalu saya sebagai anak perempuan dari ibu yang anak laki-lakinya tidak akan pernah menikahi saya dan saya menerima takdir itu.
Tuhan masih menyuruh saya berlaku bijaksana dan tetap memutuskan untuk tinggal di masa lalu saya sebagai anak perempuan dari ibu yang anak laki-lakinya tidak akan pernah menikahi saya dan saya menerima takdir itu.
Hingga saat ini, saya akan selalu menyempatkan diri pergi ke kota itu, hanya untuk bersama ibu saya, dan saya akhirnya tetap membangun hubungan yang harmonis dan indah dengan ibunya. Saya juga melihat ini semua sebagai takdir, bahwa patahnya hati dan takdir tidak harus disikapi dengan dingin. Selalu ada cerita indah dibalik takdir yang tidak sejalan, dan saya rasa ibunya lebih butuh saya untuk mengisi harinya yang selama ini tanpa anak perempuan dan hanya punya dua anak laki-laki yang jauh dari rumah dan terlalu sibuk dengan dunianya. Sekarang saya sadar 4 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan jawaban, kenapa takdir saya harus dipertemukan dengan pria yang saya sayangi itu, dan pada akhirnya dipisahkan juga karena takdir, rupanya karena Tuhan hanya ingin saya menjadi wanita yang tidak melihat takdir hanya pada sebelah mata dan perasaan tersakiti. Tuhan ajarkan saya bahwa selalu akan ada kebaikan disetiap jalan terjal itu, karena saya akan tetap menjadi anak perempuan ibunya, dan pernikahan memang bukan tujuan Tuhan mempertemukan kami, tetapi hubungan ibu yang kesepian dan anak perempuannya yang akan tetap kekal meskipun kami bukan sedarah. Indah bukan? Indah sangat indah. Sekarang Kota Solo akan selalu jadi tujuan saya pulang dan menjadi kota kedua yang selalu saya rindukan. Diluar komunikasi yang lancar dan selalu ceria yang selalu kami bagi, dengan ibu saya tersebut, setiap waktu.
Awal Januari 2017, akhirnya menjadi babak penting saya, karena Si Pria Manis yang diam-diam saya rindukan, akhirnya menghujani saya dengan kejutan paling menyakitkan tepat disaat saya ulang tahun. Doa paling manis seperti biasa, juga akhirnya undangan pernikahannya yang sebenarnya saya sudah tahu kalau dia akan menikah di bulan Oktober 2016 dari teman-teman saya. Ketika saya mendapat undangan itu saya merasa pilu, karena saya mendapati dirinya tidaklah menjadi lelaki dewasa yang mampu menjaga perasaan hati seseorang. Bagaimana mungkin kali ini disaat saya ulang tahun dia memberikan undangan, padahal saya yakin dia pasti tahu bahwa saya sangat mencintainya. Bahkan melalui undangan itu, dia tidak menghadirkan kata 'maaf'. Saya rasa ini adalah Takdir Tuhan kembali, kenapa Dia tidak menghendaki saya menikah dengan orang yang diam-diam tetap saya doakan, karena Tuhan tahu bahwa saya selalu meminta jodoh yang baik, dan baik itu bagi saya bukan hanya tampilan dan tutur bahasa, tetapi baik yang lebih kompleks. Orang baik akan selalu punya empati dan pandai menjaga hati, walaupun pada akhirnya saya tetap menangis dan bahkan ketika mengingatnya juga masih terasa seperti luka baru, tapi saya sudah mengantisipasi luka saya di awal tahun ini dengan perbaikan diri mati-matian di akhir 2016 yang lalu.
Awal Januari 2017, akhirnya menjadi babak penting saya, karena Si Pria Manis yang diam-diam saya rindukan, akhirnya menghujani saya dengan kejutan paling menyakitkan tepat disaat saya ulang tahun. Doa paling manis seperti biasa, juga akhirnya undangan pernikahannya yang sebenarnya saya sudah tahu kalau dia akan menikah di bulan Oktober 2016 dari teman-teman saya. Ketika saya mendapat undangan itu saya merasa pilu, karena saya mendapati dirinya tidaklah menjadi lelaki dewasa yang mampu menjaga perasaan hati seseorang. Bagaimana mungkin kali ini disaat saya ulang tahun dia memberikan undangan, padahal saya yakin dia pasti tahu bahwa saya sangat mencintainya. Bahkan melalui undangan itu, dia tidak menghadirkan kata 'maaf'. Saya rasa ini adalah Takdir Tuhan kembali, kenapa Dia tidak menghendaki saya menikah dengan orang yang diam-diam tetap saya doakan, karena Tuhan tahu bahwa saya selalu meminta jodoh yang baik, dan baik itu bagi saya bukan hanya tampilan dan tutur bahasa, tetapi baik yang lebih kompleks. Orang baik akan selalu punya empati dan pandai menjaga hati, walaupun pada akhirnya saya tetap menangis dan bahkan ketika mengingatnya juga masih terasa seperti luka baru, tapi saya sudah mengantisipasi luka saya di awal tahun ini dengan perbaikan diri mati-matian di akhir 2016 yang lalu.
Saya berusaha mengembalikan semuanya kepada Tuhan, yang saya yakin semua yang Dia mau untuk saya adalah baik dan saat ini saya dipersipakan menjadi Kuat dan tidak goyah dalam menghadapi apapun goncanganya. Sekali lagi saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang menitipkan ruh, yang selalu baik dan selalu berusaha melihat sisi-sisi terburuk dalam hidup saya dengan mata kebaikan.
Sekali lagi saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang menitipkan ruh, yang selalu baik dan selalu berusaha melihat sisi-sisi terburuk dalam hidup saya dengan mata kebaikan.
Mungkin saya tidak bisa secara detail menjelaskan betapa saya sakit dan sedih, tapi saya selalu mampu mengobati semuanya dengan cara saya sendiri dan saya yakin KARENA TAKDIR AKAN MENJADIKAN DIRIMU KUAT.
Hari ini saya menyempatkan diri membagi perasaaan saya, walau saya masih punya bayangan tentang Si Pria Manis yang baru mencicipi manisnya hidup tanpa memperhitungkan saya, tapi hari ini saya bersyukur masih diberi kesehatan lahir batin, hati yang kuat, pekerjaan yang baik, dan belajar menjadi wanita kuat yang terus belajar untuk tidak menghakimi takdir buruk saya. Namun terus belajar dan memahami takdir karena takdir akan menjadikan dirimu kuat dan hari ini saya sudah menjadi orang yang kuat, kuat untuk bersiap dengan tantangan lain yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan.
Author : Wanita Musafir
Pict Source : Here
Author : Wanita Musafir
Pict Source : Here
0 komentar: