Ini bisa dibilang pengakuan dan juga rasa terima kasih.
Aku selalu ingat bagaimana dulu kita bertemu dan berkenalan lalu berteman pada akhirnya. Ah... aku ingat waktu itu aku masih terlihat seperti anak kecil yang bodoh sedangkan kamu begitu keren dan rupawan. Namun pada akhirnya aku berteman juga denganmu.
Selama itu aku pikir aku juga menganggapmu sebagai teman, tapi entah sejak kapan dan karena apa aku menganggapmu lebih dari sekedar 'teman'. Aku mulai merasa nyaman denganmu, berbagai kisah kita ceritakan bersama, mimpi-mimpi, dan hobi. Walaupun kita sangat berbanding jauh, tapi aku dan kamu saling menghargai satu sama lain.
Awalnya aku takut untuk mengungkapkan apa yang ada, karena aku takut kamu akan pergi dan mempertaruhkan pertemanan kita. Pada akhirnya, aku yang harus memendam semua itu tanpa kamu tahu. Semuanya berjalan lancar, sampai aku mencapai titik dimana aku tidak bisa menahan perasaan padamu lagi. Aku dan kamu sering berselisih paham karena masalah sepele, walaupun pada akhirnya kita akan berbaikan lagi.
Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun membuat kita mengenal satu sama lain lebih jauh, tapi sepertinya kamu tahu mengenai perasaan yang aku taruh untuk kamu lebih dari sekedar yang kamu tahu. Kamu kadang memakai itu untuk tamengmu, bukan? karena kamu tahu mengenai perasaanku.
Aku takut akan kehilanganmu. Namun akhirnya pada tahun-tahun terakhir kita di sekolah, kamu menjauh. Aku tidak tahu kenapa. Aku kira kamu lelah menanggapi semua kemarahan dan sikap kekanak-kanakanku, tapi ternyata aku salah. Kamu menemukan perasaanmu yang sesungguhnya.
Aku sakit, kalut, dan lebih banyak diam. Ternyata perkiraanku salah, yang aku kira semuanya akan baik-baik saja, kenyataannya tidak begitu. Kamu pergi. Meninggalkanku.
Apa aku harus meminta kepastiaan? Tapi untuk apa? Apa memang kita memiliki hal yang seperti itu?
Aku pergi, meninggalkan semuanya memberi jarak kepada diriku dan dirimu. Keputusan yang benar? Tentu tidak pada awalnya. Aku kadang memikirkanmu di saat sepi, di saat jatuh. Mengapa? Karena biasanya kamu ada disana. Memberi rangkulan hangat dan berkata, “Everything gonna be alright.” Lalu mengelus kepalaku pelan. Kadang aku berpikir, akan lebih baik kalau aku dan kamu masih dalam hubungan pertemanan yang baik, tapi nyatanya tidak.
Aku merindukan setiap waktu dan kenangan yang ada tentang aku dan dirimu dulu.
Kenyataannya sekarang berbeda. Waktu telah berganti tahun, kadang aku masih kesulitan saat mengingat tentang dirimu. Namun sekarang, setelah tiga tahun. Jarak yang ada dan kehidupan yang aku jalani membuat aku tersadar. Semuanya hanya tentang memori.
Mungkin dulu aku akan kesal saat orang-orang bilang bahwa aku hanya orang bodoh yang memikirkan orang yang sama, tapi sekarang aku mengerti itu semua. Aku bisa menjalani hidupku sekarang, tanpa dirimu. Mengapa? Karena jarak itu dan karena aku berhenti memikirkanmu.
Aku kembali ke jalan yang benar juga. Aku belajar untuk menjadi yang lebih baik. Aku memang sempat tersesat dulu, sekarang aku tahu mengapa dulu kamu selalu rajin untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga menyuruhku melaksanakan kewajiban. Aku tahu sekarang, kehidupan yang aku lalui dulu sungguh lah salah, sekarang aku mengerti. Yang aku butuhkan adalah pada jalan-Nya.
Aku mau berterima kasih padamu karena pernah mengajarkan kebaikan dan mendengar seluruh ceritaku, menerima seluruh kemarahanku. Terima kasih.
Sekarang aku ikhas dirimu dengan dirinya.
Aku sudah menemukan jalan yang benar sekarang.
Terima kasih telah menjadi pembimbingku.
Pict Source : Here
0 komentar: