Beberapa bulan ini, hati serasa resah. Kesibukan bekerja di kantor sudah berhenti sejak satu setengah tahun yang lalu. Konsentrasi mulai ...

Doa Ibu



Beberapa bulan ini, hati serasa resah. Kesibukan bekerja di kantor sudah berhenti sejak satu setengah tahun yang lalu. Konsentrasi mulai fokus pada aktivitas dan perkembangan anak-anak. Dan disaat jeda waktu tersebut, mulai terdengar suara panggilan hati. Mungkin selama ini terabaikan oleh kesibukan maupun kepentingan-kepentingan yang berbasis materi. Tapi akhir-akhir ini, panggilan tersebut terasa semakin kuat.

Menulis.

Sebuah dunia yang sebenarnya aku cintai dari dulu. Kesibukan bekerja di sebuah LSM selama bertahun-tahun, dan juga mengasuh anak, membuat kebiasaan membaca buku maupun menulis ini kurang mendapat perhatian. Dalam siklus kehidupanku sehari-hari, selalu ada masa dimana aku merasa stuck pada satu titik. Dan aku tahu bagaimana mengatasinya. Menenggelamkan diri dalam goa kesendirian, untuk membaca buku dan juga menulis. Menyuplai pengetahuan di otakku, melakukan proses konfirmasi dengan segala hal yang sudah aku lakukan, dan mensistematisasi menjadi sebuah tulisan. Bagiku itu adalah proses kreatif yang aku butuhkan. Aku merasa sangat produktif. Dan ketika aku berhasil merampungkan sebuah karya, aku merasa bahagia. Kebahagiaan itu ada pada diriku sendiri karena menjalani proses. Andai kemudian orang lain yang membacanya merasa terinspirasi dari tulisan tersebut, bagiku itu adalah bonus tersendiri.

Akhir-akhir ini, hasrat untuk menulis dan menulis terasa begitu deras mengalir. Berbagai macam ide, pikiran dan perasaan yang berkecamuk, tidak mendapat penyaluran yang cepat karena tidak dibarengi dengan kemampuan teknisku yang baik dan referensi di otakku masih kurang. Serasa ada kegelisahan tersendiri untuk mulai memasuki sepenuhnya dunia ini. Aku tahu, ia sudah memanggilku sejak dulu. Hanya aku yang tidak menyadari keberadaannya didalamku.

Disaat umur sudah menua. Kebutuhan sehari-hari semakin beragam. Sementara tarikan untuk memenuhi panggilan hati semakin kuat. Aku benar-benar gamang. Ragu. Apa yang bisa aku lakukan di usia yang seperti ini ? Proses hijrah itu memang membutuhkan keberanian dan tekad. Keyakinan bahwa kita akan bisa mengatasi kendala-kendala yang mungkin terjadi.

Disaat-saat seperti ini, tiba-tiba seorang wanita terkasih menyapaku lembut. Ia adalah ibuku. Tidak pernah sanggup aku menceritakan permasalahan-permasalahan hidup pada beliau seperti dulu. Tapi kearifannya mampu menyentuhku hingga ke hati. Ia sempat berkata, “mulai saat ini, setiap kali kau menulis, berikanlah padaku. Aku akan menyimpan semua tulisan-tulisanmu seperti aku menyimpan surat-suratmu dulu. Tulisanmu bagus sekali. Semoga kelak ada buku dengan namamu sebagai penulisnya”

Ibu adalah orang pertama yang selalu menuntun dan menguatkan langkahku untuk mengikuti cinta. Kecintaanku. Menjadi diri sendiri. Dan menyakinkan bahwa selalu ada jalan terbuka saat kita mengikuti cinta.

Duhai, ibu. Mungkin menulis bukanlah dunia penuh gemerlap. Sebentuk buku bertuliskan namaku juga terasa jauh terbayang. Tetapi ibu adalah orang pertama yang selalu menuntun dan menguatkan langkahku untuk mengikuti cinta. Kecintaanku. Menjadi diri sendiri. Dan menyakinkan bahwa selalu ada jalan terbuka saat kita mengikuti cinta. Dan seperti kata Kahlil Gibran dalam sepotong teks-nya yang sangat terkenal itu, "Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia walau jalannya berliku-liku. Dan, apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu."

Disaat api harapan mulai meredup. Disaat keberanian semakin mengkerut. Bundaku datang dan mengusap hatiku pelan. Ia nyalakan lagi asa di hati ini. Asa harus tetap hidup. Ia sulutkan lagi keberanian untuk menapaki jalan ini. Terimakasih bundaku.

Dan segera kukirim sepotong kecil larik tulisan ini untuknya.

Ibu adalah seseorang yang selalu menghidupkan asa kita disaat memudar.
Pada suaranya tersimpan ketenangan.
Pada matanya tersimpan perhatian.
Pada tangannya tersimpan usapan kekuatan.
Pada hatinya tersimpan kesabaran.


Dan pada doanya hidupku tersandar.

Author : Ahava
Pict Source : Here

0 komentar: