Diceritaken pada suatu hari (halah... bercanda:). Soal cemburu, aku lupa bagaimana rasanya, karena aku jarang merasakan cemburu. Namun yang paling aku ingat soal perasaan cemburu adalah saat aku dan mantan dulu sedang break. Dia membuatku cemburu, iya perasaan itu muncul karena aku sayang dan cinta. Akan tetapi...... tak usah dibahas lagi lah ya. Kisah itu sudah aku buang jauh dan sudah aku buat resume hal-hal positifnya (lu kata mau ulangan pake ada resume). Hmmm... bagaimana kalau aku menceritakan rasa cemburu yang berasa iri? Memang sama sih cemburu dan iri, cuma beda sumber rasa aja. Cerita ini jarang atau bahkan belum diketahui orang lain.
Aku flashback ke masa kecilku dulu. Saat itu aku masih SD, aku selalu mengikuti Bapak yang diharuskan hidup berpindah-pindah. Jadi saat aku sudah nyaman dengan sekolah, aku diharuskan pindah. Itu pun tidak sampai satu tahun setiap satu sekolah. Jadi kalian paham kenapa aku seperti orang yang susah bersosialisasi. Namun tenang, aku masih berusaha kok... saat di SD sebelum-sebelumnya aku merasa nyaman. Di SD yang terakhir juga, tapi semua berubah ketika aku kelas 2. Bullying mulai menimpaku dari teman sekelas saat aku kelas 1. Entah apa yang mendasari mereka berubah. Apa karena aku pintar dan masih baru makanya mereka dendam? Who knows. Hanya mereka yang tahu. Perlahan tapi pasti aku di-bully secara verbal dulu, hingga naik tingkat dengan keroyokan saat aku kelas 4 atau 5 SD. Dikeroyok karena apa? Hal yang sepele hanya karena aku mematahkan penggaris salah satu anggota mereka. Semua berakhir saat kelas 5 semester akhir, mereka dilaporkan Ibu karena lihat mulut aku yang jontor. Akhirnya mereka 'tunduk' karena Bapak adalah ketua BP3 (sekarang disebut komite).
Tidak hanya teman di SD, perlakuan keluarga besar dari Ibu dan bahkan orang yang aku anggap teman satu lingkungan tempat tinggal pun melakukan hal yang sama. Namun tidak sampai fisik, hanya verbal, tapi pedas (kayak cabe-cabean dikalungin cabe dan diolesin sambel samsara hahaha). Apakah aku tegar? Tidak. Apakah aku kuat? Tidak. Apakah aku mau mati? Iya. Saat masih tinggal di kontrakan pinggir kali, aku sering menangis di kamar mandi. Ibu selalu tahu kalau aku sedang nangis. Dia pura-pura tidak tahu karena takut aku malu dan dia berharap aku bisa menyelesaikan sendiri masalahku karena aku cowok. Aku sempat mau bunuh diri. Iya, waktu aku SD berulang kali kepikiran seperti itu. Hal itu tak pernah terealisasi sampai aku pindah. Kadang aku juga ingin pergi dari rumah, mengingat aku sebagai anak tengah yang kadang diperlakukan kurang adil sama orang tua. Mereka lebih bangga pada anak sulung dan sayang pada anak bungsu. Meskipun merasa seperti itu, aku masih membutuhkan mereka. Mau jadi apa aku kalau beneran kabur dari rumah? Jadi gembel lah (bukan gembela ternak ya. Apaseh?).
Tenang saja, masih ada orang baik waktu itu. Seperti kata tagline iklan shampo, 10 dari 9 orang sudah pakai shampo moonslik (halah). Bukan!! akan tetapi 10 dari sembilan orang yang jahat, pasti ada satu yang baik:). Memang kurang membantu waktu itu, yah menurut neraca perdagangan (mulai gak jelas). Kidding. Kalau ditimbang itu tidak akan seimbang, lebih berat ke kiri dengan yang jahat, tapi setidaknya aku masih bisa merasakan apa yang namanya harapan.
Lalu dimana letak cemburu? (Ini baru mau diceritain, sabar dong:). Rasa cemburu itu muncul ketika aku melihat keluarga bahagia tanpa terlihat ada masalah, anak-anak lain bahagia bermain bersama dan kompak, dan melihat keceriaan mereka itu seperti tulus saat aku melihat dari senyumnya yang kadang sulit aku rasakan saat itu. Dan dari cemburu itu muncul iri karena aku tidak bisa mendapatkan itu. Cemburu karena ada objeknya yang tidak aku miliki, iri karena rasa itu tak akan pernah hadir dalam hidup aku (saat itu aku berpikir demikian). Aku waktu itu selalu merasakan cemburu yang dihinggapi iri (Ini apaan!? Dikata cicak pake hinggap segala). Dulu aku sering melamun sambil berkhayal bahwa semua itu tidak pernah aku rasakan. Rasa cemburu itu tidak ada dan kebahagiaan yang aku impikan terjadi dalam hidup aku. Dan.... akhirnya aku rasakan apa yang aku impikan dulu. Meskipun butuh waktu lama dan memerlukan usaha juga. Di sinilah aku. Sudah melewati semua itu dan berharap tidak merasakannya lagi atau membuat perasaan itu kepada orang lain di masa depan. Aamiin..
Mereka jahat kepadamu karena berpikiran bahwa dunia ini terlalu sempit jika ada kamu. Maka bangkitlah dan buat dunia ini menjadi luas dan lemparkan dunia yang sudah luas itu kepada mereka dan bilang, "Bagaimana? Luaskan? Makanya kalian nggak sanggup menahan beban dunia yang luas itu. Jadi kalian tetap butuh aku."
Oh iya, aku punya kata-kata bagus. Mudah-mudahan dapat membantu memunculkan rasa semangat bagi kalian yang merasakan hal yang sama denganku. “Mereka jahat kepadamu karena berpikiran bahwa dunia ini terlalu sempit jika ada kamu. Maka bangkitlah dan buat dunia ini menjadi luas dan lemparkan dunia yang sudah luas itu kepada mereka dan bilang, 'Bagaimana? Luaskan? Makanya kalian nggak sanggup menahan beban dunia yang luas itu. Jadi kalian tetap butuh aku.'” Kata-kata itu aku pikirkab semaleman sambil nahan mulesnya perut karena kebanyakan makan sambel hahaha! Enjoy your life and keep smile. I’m here for you baybeh... (abaikan kata baybeh, iya itu alay).
Author : Altair
Pict Source : Here
0 komentar: