Aku seorang wanita yang kuper  atau kurang pergaulan. Aku memiliki hati selembut sutra, tapi saat putih abu-abu kehidupanku, aku berubah...

Warna Warni Kehidupanku



Aku seorang wanita yang kuper atau kurang pergaulan. Aku memiliki hati selembut sutra, tapi saat putih abu-abu kehidupanku, aku berubah drastis dan sangat berbeda dengan saat putih biru. Yang dulunya kuper, saat ini siapa yang tidak mengenalku Riska Yuli Putri Mandasari, biasa dipanggil Riska. Aku tinggal bertiga dengan ayah dan ibuku, tapi bukan berarti aku anak tunggal. Aku mempunyai seorang kakak, ia sudah berkeluarga dan tinggal di Situbondo bersama istrinya. Aku seorang mahasiswa yang mempunyai banyak teman dari yang baik, jahat, bahkan aku mempunyai teman seorang napi dan mantan napi. Aku mudah bergaul dengan siapa saja karena teman di ibaratkan dengan daun. Dimanapun aku bisa berteman dengan siapa saja. Setiap malam aku selalu berkumpul dengan teman-temanku, menghabiskan waktu bersamanya. Namun cahaya mentari tak bersinar terang seakan kecewa karena tak membuatku tertawa lagi. Rinduku bertumpuk di sini.

Berawal dari putih biru aku tidak mengenal yang namanya pergaulan, aku wanita yang baik, lugu, bisa dikatakan aku seorang wanita yang kuper, sehingga banyak orang mengejekku. Aku bosan mendengar ejekan dari teman temanku hingga akhirnya aku meminta Hp kepada ibuku. Semenjak aku memegang Hp, aku mempunyai kenalan, tapi aku tidak tahu sosok orang itu, aku tidak mengenalnya dan hanya sekedar kenal via telepon. Dia selalu menelponku, perhatian dan pada akhirnya aku bertemu dengannya. Dia seorang lelaki yang tampan, berkulit sawo matang, Andi nama panggilannya. Dia mengajariku banyak hal dari positif hingga negatif.

Putih abu-abu, sekolah baru, kelas baru, teman baru, kehidupan baru, semenjak putih abu-abu aku merubah semuanya dari penampilan, sikap dan aku lebih pede. Sangat berbeda dengan SMP dulu, aku mudah bergaul, aku mempunyai banyak teman. Andi yang mengajariku. Andi yang merubah kehidupanku. Berawal dari putih abu-abu aku mengenal semuanya, dari cinta bahkan hal yang dilarang seperti obat-obatan dan minuman keras semua karena pergaulan. Aku menganggap itu hal keren, wah ini aku wanita kece. Dua tahun aku mengenal Andi hingga aku terbuai, terlena kepadanya.

Aku mengenal cinta dan menjalani hubungan spesial bersama Andi selama satu tahun. Aku menjalankan cinta dengannya, banyak cerita, banyak kenangan. Namun cinta itu berakhir tragis, dia menduakanku dan menikah dengan wanita lain. Betapa kecewanya aku. Betapa sakitnya aku. Semua sudah aku lakukan demi Andi, bahkan aku rela memberi kehormatanku demi dia. Semenjak itu aku frustasi, hingga akhirnya aku terjebak dalam dunia malam. Perubahanku tambah drastis. Perubahanku menjadi vulgar, hingga akhirnya sohibku kecewa dengan keadaanku saat ini. Aku menjadi seorang pemabok, pemakai, jarang dirumah dan selalu membuat orang tua menangis. Pergaulanku semakin menjadi-jadi, hingga aku mengenal dunia gemerlap dan aku memutuskan untuk bertattoo .

Lulus sekolah, aku daftar kuliah, tapi gagal hingga akhirnya aku mencari kampus lain. Aku diterima di kampus yang sangat islami dan wajib berjilbab. Semenjak itu aku mulai berjilbab, tapi bukan berarti merubah sikapku. aku tetap menjadi seorang pemabok bahkan aku lebih banyak teman. Di kampus aku berteman dengan santri, di luar aku berteman dengan seorang bajingan. Semenjak aku menjadi seorang mahasiswa, aku semakin mengenal yang namanya barang haram. Di kampus siapa yang tidak mengenalku, dosen pun mengenalku bahkan aku menjadi topik terpanas.

Pergaulan membuatku hancur, aku sangat menyesal dengan perbuatanku, andai waktu bisa terulang aku akan lebih memilih wanita yang cupu yang kuper. Aku terlalu sering membuat orang tuaku menangis, kejadian ini membuat aku benar-benar sadar. Saat itu dari pagi sampai malam aku tidak pulang ke rumah, aku bersenang-senang dengan teman-temanku, akupun tidak mengabari ibuku. Ibu dan ayahku mencariku, bahkan mereka tidak tidur memikirkan aku. Sedangkan aku mabok parah hingga aku lupa diri bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu. Dan akhirnya aku pulang pagi, sesampainya dirumah aku dipeluk erat sama ibuku. Aku pun merasa kaget karena di rumah banyak orang yang menemuiku dan menanyakan kabarku. Selama aku menginjak bumi ini aku nggak pernah melihat ayahku menangis. Tetanggaku bilang kepadaku kalau ibuku bingung mencariku sampai menangis tiada hentinya, bahkan sampai laporan ke kantor polisi. Kutatap wajah ibuku, matanya sangat bengkak bahkan seperti orang gila dengan rambut yang berantakan. Aku pun ikut menangis, dalam hati aku bicara, “Tuhan maafkan aku." Ibuku sangat senang dan bahagia melihat aku pulang. Sohibku datang ke rumah dan langsung ke kamar memelukku. Aku bercerita panjang lebar. Aku menyesali semua perbuatanku, betapa banyaknya orang yang peduli denganku dan aku mengecewakan mereka. Semenjak kejadian itu, aku berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama dan aku tidak akan membuat air mata ayah dan ibuku menetes lagi.

Saat ini, aku adalah wanita yang tidak punya harga diri, wanita yang dianggap rendah. Itu semua karena pergaulanku. Karena pergaulan bebas aku merasa hidup, tapi aku merasa seperti orang mati. Kisah hidupku penuh drama. Aku benci dengan kehidupanku yang saat ini. Aku menyesal!

Aku memulai hidupku untuk menjadi lebih baik. Hingga akhirnya aku jauhi semua teman-teman bangsatku dan aku fokuskan untuk kuliah, kuliah dan kuliah. Aku mendekatkan diri dengan Tuhan-ku menyesali semua perbuatanku.

Seminggu berlalu aku bertemu dengan temanku, Rio, seorang pengedar narkoba. Dia melihatku tanpa berkedip, akupun menyapanya. Saat itu aku berpakaian syar’i, mungkin Rio pangling melihatku karena yang dia tahu aku selalu berpakaian rok mini dengan baju ketat. Seminggu aku menghilang dari teman-teman, seperti aku merasa kehilangan, aku merasa sepi sendiri. Sudah tidak ada gurauan, canda tawa, tapi semua aku lakukan demi diriku, karena aku tidak ingin menyentuh barang haram dan tak ingin berbohong kepada orang tua. Aku terdiam, terlintas bayangan saat bersama teman-teman, kemudian aku berfikir mengapa aku harus menjauhkan temanku, apakah teman harus milih-milih, seharusnya aku nggak boleh seperti ini hingga akhirnya aku ke tempat kosan, tepat pukul 19.00 di jam-jam segini teman-teman belum ada yang keluar. Aku kekosan temanku dengan berjilbab. Aku buka gerbang yang masih tertutup dan melangkah demi langkah dengan keraguan. Aku takut teman-temanku marah dan mengusirku. Mas Anton memanggilku dari lantai atas, aku pun seperti biasa dengan wajah ceria langsung menghampiri Mas Anton. Terlihat sangat sepi sekali, hanya ada Mas Anton dan orang-orang kamar sebelah, tapi aku tidak mengenalnya. Sedikit basa-basi karena sepi, aku pun menanyakan teman-teman yang lain. Mas Anton mengejekku karena aku berjilbab, tapi dia malah senang melihat aku berjilbab dan mendukungku. Mas Anton seorang mantan narapidana dengan kasus narkoba, tapi dia sangat baik diantara teman-teman yang lain. 

Dua puluh menit aku di kosan, satu persatu satu temanku datang. Mereka mengejekku dan aku sangat rindu candaan itu. Kami pun bergurau. Mereka menawarkan ganja yang sudah dilinting dalam batin aku harus menolaknya. Hingga terucap sebuah kata di bibir mungilku, “Aku sudah berhenti." Aku pun menolaknya, tapi temanku tetap memaksa, aku tidak ada pilihan saat itu dan akhirnya aku hisap saja. Betapa lemahnya aku ini. Aku benar-benar tidak ada pilihan, entah kenapa aku nggak bisa berbuat apa-apa dan kami pun malam itu berpesta hura.

Hari esok, di rumah saat bangun tidur, Apa yang aku lakukan malam itu tuhan? Kenapa aku melakukannya lagi, padahal aku sudah berjanji kepadamu Tuhan. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku tidak akan menyentuh barang-barang yang haram. Mata ini terasa becek, penuh kecewa, seharusnya aku tidak menemui temanku kalau akhirnya akan seperti ini. Dua hari berlalu entah kenapa setan apa yang merasukiku, aku kembali seperti dulu menjadi seorang pemabok dan kulepas jilbabku. Sama sekali aku tidak merasakan kekecewaan dengan perubahanku ini.

Aku kembali menjadi seorang pemabok, keluar malam, bukan berarti aku kembali menyakiti orang tuaku, aku masih menghargai orang tuaku. Aku ijin walaupun aku berbohong. Ini duniaku. Aku sudah bahagia dengan duniaku, masalah orang menilaiku seperti apa bodo amat. Aku tidak peduli komentar orang lain, yang penting aku senang biarkan masalahku ini urusanku dengan Tuhan. Ya kalimat itu yang selalu muncul dalam otakku. Aku lebih bahagia dengan kegilaanku bersama teman-teman. Saat berkumpul dengan teman-teman suara dering telepon berbunyi dari saku Mas Anton, teman dekat Mas Anton memberi kabar kalau salah satu temanku, Rio terseret dalam penjara dengan kasus narkoba dan akhirnya dia ditahan. Tepat jam 11 siang aku dan teman-teman membesuk Rio. Sampai di lapas aku ketemu Rio. Rio memakai baju yang tertulis TAHANAN. Rio pun menyambut kami dengan slengekannya, kami berbicara panjang lebar. Rio menasehatiku dan menyuruhku untuk berhenti. Dia bilang kalau dia lebih suka aku berjilbab. Jam besuk pun sudah habis aku meninggalkan Rio. Rasanya berat sekali, seorang teman yang sudah aku anggap seperti saudara, saat ini tinggal di bui. Setiap seminggu dua kali aku membesuk Rio, walaupun aku sendirian.

Semenjak Rio di penjara, aku bisa menilai mana teman yang baik dan mana teman yang hanya ambil butuhnya. Saat senang ia datang, saat susah ia pergi. Kehidupan ini mengajariku arti sebuah pertemanan, arti sebuah kehidupan. Entah kenapa aku mulai merasa lelah dengan kelakuan ini yang buang-buang duit, buang-buang waktu, hingga aku sadar kalau aku wanita yang bodoh. Kenapa aku harus tergantung dengan temanku, masalah dia mau menjauhiku ya silahkan, nggak perlu aku melakukan hal yang gila seperti ini. Karena aku merasa lelah, aku mencoba menolak ajakan temanku ke jalan yang sesat ini dan aku merasa bodoh amat mau temanku mengusir, mau ia marah. Saat teman-temanku marah, aku pun langsung pergi. Di dalam pikiran ini bukan hanya dia temanku, aku bisa bertahan hidup tanpa dia, aku bisa ketawa tanpa dia. Aku pasrah harus kehilangan temanku. Semenjak aku menolak ajakan temanku, aku dijauhi oleh mereka dan bahkan mereka tidak mau mengenalku lagi.

Rio sangat mendukung, bahkan dia bilang pilihanku adalah keyakinanku dan lakukan jika itu yang terbaik.

Saat pulang kuliah, aku mampir ke lapas membusuk Rio dengan membawa makanan. Saat itu aku sendiri. Sesampainya di lapas, Rio menanyakan teman-teman dan kenapa aku sendiri. Aku pun cerita panjang lebar tentang masalahku. Rio malah senang dengan keputusanku bahkan dia menyuruhku untuk pertahankan jilbabku. Rio sangat mendukung, bahkan dia bilang pilihanku adalah keyakinanku dan lakukan jika itu yang terbaik. Akupun berpikir diantara teman-teman yang lain hanya Rio yang bener-bener tulus berteman denganku.

Malam yang sepi, bintang yang terang penghias langit yang gelap, aku duduk di depan teras dengan kesendirianku. Di malam yang dingin, tapi penuh makna kutulis di buku diary, “SEMOGA TUHAN MEMAAFKANKU.”

Hari-hari kujalani tanpa narkoba. Kali ini aku tidak mau berjanji kepada Tuhan. Aku mau membuktikan kalau aku bisa lebih baik. Aku wanita bertattoo. Aku wanita pemabuk. Aku yakin dengan niat bahwa aku bisa merubah kehidupanku seperti jaman putih biru. Aku bisa membuat hidupku lebih berwarna tanpa narkoba. Kehidupan seperti mesin dan bensin, ketika melangkah harus ada yang namanya keyakinan, niat serta berusaha menolak ajakan yang tidak pantas dilakukan.

Alhamdulillah saat ini aku masih dengan jilbabku, aku lebih merasakan nyaman. Hari-hariku saat ini lebih berwarna dengan berjilbab aku lebih dihargai banyak orang. Semoga selalu seperti ini. Terimakasih Tuhan, Engkau menuntunku ke jalan yang benar. Insyaallah aku akan belajar menjadi wanita yang berakhlak.



Author : Riska
Pict Source : Here

0 komentar: