Sore tadi sepulang kerja, saya menjumpai sekelompok anak berseragam putih abu-abu di sebuah kedai es krim. Terlihat ada lima anak perempuan duduk melingkar dalam sebuah meja kayu bercat hitam. Kelimanya asik membicarakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah mereka, tugas membuat skenario drama, dari kilas obrolan yang saya dengar. Terkadang mereka saling bercanda dan saling menggoda, memukul lengan manja salah seorang teman yang lebih setia menatap layar 5" dan tidak serius menanggapi obrolan yang tengah berlangsung. Di tengah obrolan yang sedang berlangsung, mereka tak lupa untuk wefie bersama, mengabadikan momen katakanlah. Seru sekali melihat kebersamaan mereka, seru sekali kalau di mata saya.
Dan ya, selisih tiga meja dari keseruan itu, ada saya --yang baru saja melahap semangkok es krim cokelat dan mi setan lvl 3-- yang langsung mengambil Hp dari saku celana dan kemudian mengetikan sebaris kalimat ke salah satu ruang obrolan WhatsApp sahabat-sahabat saya semasa SMA. Sebaris kalimat itu adalah 'Aku kangen!!'
Saya jadi ingin bercerita sedikit tentang sekolah dan kenangan apa saja yang terlahir di dalamnya. Sekolah Menengah Atas tempat di mana saya menimba ilmu selama tiga tahun. Sekolah negeri pinggiran di sebuah kecamatan di kota kecil penuh polusi. Sekolah yang tahun ini tepat sepuluh tahun saya tinggalkan. Sekolah yang kini jauh lebih indah setelah saya tinggalkan. Letak dan tatanan sekolah makin rapi, terlihat lebih hijau dengan tanaman dan bunga yang ditata apik. Saya mau tak mau berusaha mempercayai mitos yang berkembang di masyarakat perihal 'namanya mantan akan terlihat makin indah, jika sudah berada di tangan orang lain'. Ahh kuharap itu hanya kebetulan semata. Oke lupakan perkara itu.
Balik lagi ke perkara sekolah, saya rindu sekali dengan isi dan penghuni dari sekolah itu. Ingin mengunjungi lagi. Dan anggaplah ini satu kebetulan, dua minggu lalu saya mendengar satu wacana kalau tahun ini akan ada reuni 10 tahunan sekolah. Yeayy, saya bahagia sekali mendengarnya. Jadi nggak sabar ingin bertemu teman-teman lama. Supaya rindu terbayar, meski cuma sebentar.
Dari wacana reuni itu membuat saya kembali mengingat masa di bangku SMA. Tiga tahun yang saya lewati di sekolah melukiskan kenangan tersendiri. Kenangan pahit asam manis yang saya alami dan sekarang sangat dirindukan. Banyak momen yang membuat senyum saya tersimpul jika mengingatnya. Misalnya saja jika teringat seragam putih abu-abu kostum hari senin-selasa yang keberadaannya sekarang entah dimana, seragam yang pernah dipotong satu jengkal tangan saat razia karena terlalu ketat di bagian rok. Seragam yang di akhir sekolah penuh dengan coretan warna-warna dari sahabat sekaligus 'musuh' saya di sekolah. Lorong kelas tempat saya berkumpul selagi jam istirahat, tempat dimana saya dan sahabat saling berbagi cerita. Mi ayam kantin dengan banyak sayur dan segelas pop es alpukat yang dimakan di bawah pohon keres, tepatnya pohon di pojokan kantin sebelah kiri. Tempat favorit saya. Dan tak lupa bangku tempat duduk saya di kelas, di pojokan belakang. Tempat saya tidur selama jam kosong. Iya, saya mah tukang tidur, tapi hanya pada waktu kosong ya. Kalau ada guru mah saya menjelma menjadi murid yang rajin, apalagi di jam pelajaran Kimia, mata pelajaran favorit saya. Tuh kan tuh kan, saya jadi rindu lagi.
Tiga tahun yang saya lewati di sekolah melukiskan kenangan tersendiri. Kenangan pahit asam manis yang saya alami dan sekarang sangat dirindukan.
Di sekolah, saya bertemu sahabat-sahabat saya. Empat orang gadis yang malam ini sangat saya rindukan. Mereka sahabat saya satu 'geng'. Empat orang gadis yang kerap memanggil saya dengan sebutan 'lemot' tanpa saya merasa sakit hati dibuatnya. Empat orang gadis yang baru saja mengobrol bersama saya di aplikasi WhatsApp sebelum saya menulis cerita ini. Empat orang gadis yang kini sudah tak gadis lagi. Tiga di antaranya bahkan telah 'berbuntut'.
Banyaknya momen yang kami lalui bersama membuat saya ingin bercerita sedikit tentang kebersamaan kami. Sedikit membuka 'aib' mereka lebih tepatnya (semoga kalian pada baca. Hahaa). Dan semoga, rindu pada kalian akan sedikit terobati, meskipun saya masih ingin bersua dengan kalian (lagi).
Saya mengenal dan akrab dengan mereka sejak duduk di bangku kelas 11, namanya Rika, Siska, Ami, dan Lia. Sebelumnya saya sudah mengenal dan dekat dengan Rika dan Siska sejak berseragam putih biru, saya jadi mudah mengakrabkan diri dengan dua orang lainnya. Begitu pun sebaliknya. Di kelas 11, kami duduk di bangku pojokan belakang bersebelahan, tempat yang paling aman untuk 'ngerumpi', saya rasa. Bangku kelas yang penuh beberapa contekan ulangan, nomor telepon gebetan, ataupun nama-nama gebetan yang sengaja kami tulis acak, sengaja untuk main game 'mencari gebetan yang hilang'. Game geblek yang tercetus oleh salah satu kepala kami. Saya rindu hal itu semua.
Ada beberapa hal yang sangat saya rindukan. Terlebih momen yang sudah menjadi kebiasaan. Salah satunya adalah pergi jajan sewaktu jam mata pelajaran berlangsung. Jangan ditiru ya teman-teman, ini salah satu hal yang tidak terpuji soalnya. Hahaaa!
Jika pelajaran sedang berlangsung dan rasa kantuk telah melanda --biasanya terjadi di atas pukul 11siang, kami kerap melancarkan aksi tidak terpuji ini. Pelajaran Biologi adalah pelajaran langganan yang sering kami tinggalkan. Gurunya nggak asique sih, nggak mau sebut nama gurunya ahh takut dosya. Biasanya dua orang dari kami akan ijin ke toilet terlebih dulu, 5 menit kemudian dua orang lagi akan menyusul. Kemudian kami akan nongkrong di kantin, 15 menit cukuplah untuk sekadar jajan pop es dan makan beberapa gorengan. Iya, ijin ke toilet tadi semata-mata hanya omong kosong belaka. Alhamdulillah, kami selalu lolos kalau ada razia murid bolos pelajaran oleh guru Bp. Semesta sebaik itu memang.
Pas balik ke kelas kalau ditanya kenapa lama atau pertanyaan lain yang bernada kecurigaan, dengan polosnya kami selalu menjawab kompakan, "Toilet penuh, Bu. Jadi kami harus gantian, kalau nggak percaya cek saja sendiri." Dan beliau selalu percaya. Kami bahagia memiliki guru sebaik itu, semoga beliau juga diberi ketabahan memiliki murid kayak kami. Aamiin.
Soal bolos sekolah, kami pun pernah melakukannya. Sebulan pasti ada salah satu absensi kami yang kosong. Pernah satu kali di bangku kelas 11, kami berempat memutuskan bolos sekolah. Alasannya simpel saja, pengen bolos. Sesuai kesepakatan kami memutuskan pergi jalan ke salah satu restoran siap saji dekat taman kota. Karena kebetulan Siska ini pacarnya satu sekolahan, dengan trik halus dia mengajak pacarnya bolos juga. Jadilah mereka berboncengan naik motor, sementara saya dan dua sahabat saya yang lain naik motor sendiri. Saat kami minus Siska sudah sampai ke tempat tujuan, Siska dan pacarnya belum tiba juga. Lima menit ditunggu, mereka pun tidak ada tanda-tanda akan datang. Lima menit kemudian telepon genggam milik Rika berbunyi, panggilan dari Siska. Siska mengabarkan kalau dia dan pacarnya kena razia motor karena tidak memakai perlengkapan keselamatan apapun dan juga motor pacarnya Siska tanpa spion dan knalpotnya yang menggelegar. Alhasil mereka kena denda. Kalau tidak mau membayar denda ya terpaksa harus dirazia. Denda yang dikenakan cukup besar untuk ukuran anak SMA seperti kami, sekitar 200.000 rupiah. Siska menangis di telepon, dia ketakutan karena tidak punya cukup uang dan dia tidak mau dirazia karena khawatir orang tunya diminta datang ke kantor polisi karena mereka masih memakai seragam sekolah. Alhasil saya dan dua sahabat lain memyusul ke pos polisi. Kami berlima saling mengumpulkan uang dan berusaha meminta keringanan denda kepada Pak Polisi. Setelah kesepakatan urusan denda dan lainnya selesai, kami batalkan acara bolos untuk makan ayam tepung favorit karena uang kami sudah habis. Siska jadi nggak enak hati, tapi ya kami mengerti dan berusaha meyakinkan kalau itulah gunanya sahabat. Kita ada untuk kamu dan begitu pun sebaliknya. Akhirnya kami pun putar otak, rutinitas lain yang seringkali kami lakukan akhirnya harus kami lakukan lagi hari itu juga karena sudah terlanjur bolos. Pergi ke rumah salah seorang dari kami --kini giliran rumah Ami, pergi ke kebun samping rumah, petik mangga dan kemudian nguleg sambal untuk rujak. Makan rujak di bawah pohon mangga sambil ketawa lepas dan minum es Marimas adalah rutinitas keharusan setiap bulan. Rutinitas yang selalu menyenangkan.
Saya rindu semuanya. Kebersamaa yang kami lalui bersama, yang mengundang senyum maupun tangis. Saya rindu kalian semua. Jadi gimana, bulan depan arisan di rumah siapa?
250317 - Ditulis dari sebuah teras Indomaret sambil makan kacang shanghai. Gresik gerah, tapi rindu makin gencar menyelinap.
Author : Alona
Pict Source : Here
0 komentar: