Biarlah ruang tamu menjadi saksi
Ketika kutuang percakapan hangat dari teko khayalan.
Menyajikan dalam secangkir tawa.
Kita terlalu antusias menyeruput sukacita
Sampai lupa pada stoples sedu sedan---
yang tak pernah kita cicipi.
Sampai akhirnya,
Waktu menikam detik.
Di dinding tak tahu diri
“Aku harus pergi,” bisikmu.
Tanpa narasi, tiada peluk perpisahan kau bergegas
Menyisakan aku.
Hingga detik ini, aku belum beranjak,
Masih menantikanmu kembali datang.
Masih di ruang tamu.
Berteman stoples penuh sedu sedan---
yang kini menjadi camilan favoritku.
Masih menantikanmu kembali datang.
Masih di ruang tamu.
Semarang, Februari 2017
Author: Auroraa
Pict Source: Here
0 komentar: